
Review Believe: Hoping for A Definite Chance Encounter For Langit Biru

Oneuldo............. In Fiction.
Two is Better Than One. In A Different Way.
I'm not Salmon Lovers, I love eating at Warteg. An angelic review with devil besides me part 2
Son Hoyoung goes for an evil smirk. An angelic review with devil besides me part 1
Infinitely yours --- Book Review
Cerita Cinta Berakhir di Sini - Here, After
Seseorang pernah datang di dalam hidup gue, memberikan banyak sekali tentang kehidupan. About how sad life can be , and also for the opposite , how fun life can be.. Hidup seseorang gak pernah menjadi sia-sia, bahkan bayi pun lahir ke dunia dengan membawa satu misi berupa kebahagiaan bagi orang tuanya , atau setidaknya misi membawa pertalian darah untuk keturunan dari orang tua tersebut.
Same as you, someone who told me about how life's going in your sunglasses.
Namanya Mahir Pradana, dia salah satu orang yang kemudian memberikan gue suatu pengalaman bagaimana merasakan sesuatu dengan tanpa mengalami kejadian tersebut. Dia banyak sekali bercerita ke gue, tentang suatu pertalian yang mengikat kumpulan orang yang membawa misi dengan pengalamannya masing-masing.
Sebut saja Adi (nama disamarkan) , dia adalah salah satu orang yang merupakan teman gaib dari mas Mahir. Gue inget banget gimana mas Mahir cerita, kalo teman mayanya yang satu itu mengalami satu fase kehidupan yang… beberapa orang menginginkannya dengan mudah sementara di lain sisi others struggle to not keep in touch with that phase. Patah hati, dengan seseorang yang posisinya berada jauh disana sehingga orang ini tidak bisa diraih dengan mudah.
"will someone please call a surgeon who can crack my ribs and repair this broken heart?" - Nothing Better (The Postal Service).
Huh? Apakah dokter bedah menangani penyakit patah hati juga? Yeah, bullshit. Dokter pun tidak bisa menangani specimen penyakit yang satu ini, only time can heal. Tapi mungkin lucu juga ya kalau ternyata seseorang yang meninggalkan elo dengan mudahnya bertemu dengan seseorang yang bisa membuatnya bahagia, namun harus mengalami masalah yang sama dengan orang itu sama seperti masalah yang membuat gue dan dia harus putus. I wish.
"She's like the wind…"
Gue cuma tau rasanya patah hati, rasanya gue harus membuang jauh pacarnya mantan gue saat ini, ke sebuah negeri antah berantah, dengan berharap bahwa ia dan saudaranya menemukan gadis lain dan pergi jauh dari mantan gue.
Do I have to think that you're struggle with all of this? Do I have to ask about how happy you are in this steps?
"Why's it always you and never me. I've never cared too much about honesty.."
Gak akan ada kata keadilan, kecuali dia harus merasakan rasanya patah hati, mungkin dengan melihat seseorang yang sangat disayanginya setengah mati ternyata harus terpisahkan karena sebuah perjodohan dengan orang gila yang kemudian diketahuinya juga tidak menginginkan perjodohan tersebut?
Dasar orang gila, apa rasanya menikah tanpa cinta? Detik ini perjodohan masih eksis? Ya, tanyakan saja pada sang perawat yang menemani si orang gila ini, berharap matanya tidak terbutakan oleh tampang si orang gila dan kemudian membelanya habis-habisan karena jatuh cinta padanya. Sinting, mana ada orang waras yang jatuh cinta pada orang gila?
If that's exists, I just want to say HAH? Jatuh cinta pada suami orang yang waras saja sudah cukup gila, apalagi kalau suami orang itu orang gila.
Well that's life!
Even problem about getting your husband out from my girl is so hard to do when your heart beats to the other guy.
What a f*ckin life!
***
Hey , there! Bingung sama postingan gue diatas? Noooooooo, gue gak lagi curhat di blog. Gue Cuma berusaha mengupas, apa yang sudah gue rasakan setelah gue berada disini dan setelahnya.
Here, After.
Dulu banget, gue pernah mengangkat tangan ketika bapak-ibu guru memberikan pertanyaan yang menurut gue bisa gue jadikan percept dalam processor gue untuk memproduksi sebuah output.
Dulu banget, gue pernah mengangkat tangan ketika MC di panggung bertanya siapa yang mau dapet hadiah.
Dulu banget, gue pernah mengangkat tangan hanya sekedar untuk mengajukan diri sebagai mereka yang hendak bertanya dalam sebuah diskusi.
Dan not a long time ago, gue mengangkat tangan ketika seseorang menanyakan "Siapa yang setuju novel Diana terbit?"
Gue masih inget ketika waktu itu geng FRT dewasa sibuk memaki-maki (not literally means, believe me) naskah yang sebenarnya mereka ajukan dalam top 5 menurut mereka, sementara geng bom pensi ,geng nuklir, dan geng narkoba (baca : aveline,ayas,ribka,mega dan gue) sibuk cekakakcekikik karena geng dewasa belum menyadari kalo orang yang mereka silet lewat mulut ada di hadapan mereka.
What a funny memories. Ya, sekarang naskah yang dulu dicerca itu sudah berevolusi jadi lebih cantik dari sekedar kumpulan kertas A4 dengan tinta hitam dan jilidan lakban. Walaupun agak sedikit kecewa karena kecantikannya banyak cacat fisiknya :p *no offense ya mas-mas dan mbak-mbak penunggu Gagas Media*
Ketika gue tau Mbak Windy Ariestanty memposting bahwa #NovelHereAfter , begitu kita biasa menyebutnya di twitter , sudah bisa disilaturahmi di toko buku di wilayah selatan Jakarta, gue langsung merencanakan bahwa ketika gue pulang nantinya, gue akan pergi berkunjung ke surge gue tersebut buat sekedar menyapa kasir dan memberikan #NovelHereAfter itu. No , novel ini bukan bikinan gue ya teman-teman, ini bikinannya mas Mahir Pradana, gue Cuma membantu beliau *deuile beliau* untuk memperkenalkan si pendatang baru di kancah perbukuan ini kepada khalayak.
Actually , ketika gue berhasil mendapatkan buku ini, gue sama seperti kata aveline di sini. Gue tidak sebegitu interestnya membuka halaman-demi halaman selanjutnya. Gue saat itu juga sedang dalam proses menamatkan sebuah novel keluaran Gagas Media juga , judulnya "Halo, Aku dalam Novel" dan gw memang lebih prefer membuka halaman demi halaman #NovelHereAfter . Namun kenyataannya, neither si novel Halo nor #NovelHereAfter yang gue bela-belain baca didalem bis waktu itu. Simply said, I'm not interested in #NovelHereAfter 's 1st chapter. Okay , you can said that I love the way the character complains about his life with his genious lemma, but it is still unstatisfiable to make me stay in it's page. Sorry.
Eits, tunggu dulu. Kalo kata pepatah don't judge the book by it's cover, sama. Don't judge this book by it's 1st chapter *maksa* *bikin paham sesat sendiri* Gue udah buktiin, setelah gue menemukan minat untuk membaca si pendatang baru yang satu ini, jujur, mulai bab dua kebelakang, gue gak bisa berhenti ngebaca si novel yang satu ini.
Gue suka ketika mas Mahir memainkan opini yang agreeable by readers by his thoughts with cool words and make him looks very very very very genious <--- lebay dikit boleh ya ? :D
Gue suka ketika mas Mahir bisa berhasil mengangkat si karakter yang cuma muncul dalam sekian halaman ini menjadi salah satu karakter yang sangat bisa menusuk orang * Coba Baca chapter 5 deh yang tentang Arya*
Dan gue suka ketika mas Mahir bisa membentuk plot dengan intersection dan link list character yang menarik dalam sekumpulan array of point of view yang membentuk sebuah markov loveable story chain.
*Dan perlu dicatat saya tidak 'menyukai' mas Mahir , masih sadar kok saya sama kodrat* #abaikan
Membaca cerita ini membuat saya teringat pada sebuah cerita horror Thailand 4bia dan 4bia2. Walaupun 4bia dan 4bia2 tidak mengandung cerita cinta menye-menye tapi kalau digabung rasanya #NovelHereAfter tidak kalah menariknya dibandingkan dua buah cerita itu, eventough still there's short story's feel because of it's fragmen tapi gue sangat menikmati baca novel ini.
Kesimpulannya : kalo gue bisa memusatkan pikiran gue untuk menggerakkan pikiran lo, maka gue akan mentransfer pemikiran gue bahwa lo harus beli #NovelHereAfter ini *ga nyambung* *maksa* *yang penting tujuannya tercapai* *kebanyakan nonton the big bang theory* *geek* *ehkenapabanyakbangetini*
That's all folks para orang yang tersasar :)
Nb : more about #NovelHereAfter :
Judul: Here, After
Penulis: Mahir Pradana
Jumlah Halamanan: 198 hlm
Ukuran: 13 x 19 cm
Harga: Rp34.000
ISBN: 979-780-449-6
coba cek di sini dan di sini
tambahan : baru diedit : Flash presentation review here,after : bisa download di sini
Best I ever Read : The- Announcer by Ibnu Novel Hafidz
Judul : The Announcer
Penulis : Ibnu Novel Hafidz
Penerbit : Navila
Cetakan : Pertama 2010
Tebal : x + 298 Halaman
I finally Found!!! *teriak gak santai* ehm, udah lama sih sebenarnya gue menemukan novel ini.
But I still love it. Semenjak dulu sebenernya gue agak curious sama dunia penyiaran, dan pengen banget banyak tau terutama gimana kalau seorang penyiar bertutur tentang kehidupannya sebagai penyiar, terutama penyiar malam. Kayaknya seru dan banyak aja yang bisa diceritain. Gimana seorang penyiar malam tetep harus siaran ketika banyak orang sebenernya tidur dan mengistirahatkan diri. Gimana seorang penyiar malam harus tetap jaga kondisi dan nahan suaranya supaya tetap siaran dengan santai setiap malam. Penasaran ga sih? Engga ya mungkin.. emang gue aja yang terlalu kepo berarti :hammer:
So far, gue belom menemukan naskah yang mengangkat cerita penyiaran yang bener-bener ngangkat kisah seorang penyiar dalam dunia siarannya, mungkin gue aja yang belom nemu. Yang paling mendekati mungkin buku yang gue beli waktu ada bazaar buku, lupa lengkap judulnya tapi kalo ga salah 104,6 Radio biru or something like that. Cerita tentang penyiar ngebawa beberapa kali penyiarannyanya but mostly naskah itu juga ngangkat kehidupan penyiar di luar dunia siarannya walau masih nyangkut waktu kerjanya dan itu sedikit banget.
And now I finally found! Karangannya Ibnu Novel Hafidz, judulnya the announcer. Pertama kali ngeliat gue langsung interest sama novel ini, sekaligus takut buat ngebelinya karena gue berfikir kalau novel ini tetep akan ngangkat kisah penyiar kaya yang udah-udah. Tempelan.
Ternyata enggak. Here I copy synopsis from the book’s back cover :
Suara penyiar itu seolah memiliki daya magis yang mampu menyihir pendengarnya. Getar pita suaranya yang berat nan berwibawa telah membuat hati para wanita yang mendengarnya turut bergetar penuh gejolak. Tapi sang penyiar bergeming. Ia sadar, ada bukan untuk mengulik nafsu syahwat, namun untuk bicara tentang kebenaran dan kesejatian cinta.
The announcer berkisah tentang liku-liku kehidupan penyiar di radio. Bukan hanya di udara, tapi juga dalam kehidupan nyata. Ia berkisah tentang perjuangan Sang penyiar dalam menghadapi persaingan dengan radio lain di tengah hingar binger budaya pop yang kian materialis. Juga tentang perjuangannya untuk menjaga keutuhan cinta. Rentetan demi rentetan dalam kisah ini memberikan cermin bahwa hidup tidak hitam dan putih.
Selain bertutur dengan jujur dan lugas, novel ini sangat menyentuh dan memberikan inspirasi bagi siapa saja yang hendak meneguk kearifan hidup.
Menarik? Kalau enggak try my synopsis :
Ini adalah cerita tentang Bara, seorang lelaki cerdas, taat beragama, berbadan atletis. Figur seorang lelaki yang sangat sederhana dan sangat kebapakan sekali. Tanya dia tentang profesinya dengan bangga dia akan menjawab Penyiar. Pekerjaan yang menurut orang tidak bisa menghidupi keluarga, tapi hal itu yang selama ini dilakukan Bara. Bekerja sebagai penyiar, menguasai pasar udara di Jakarta, untuk Karina. Istrinya yang sebentar lagi melahirkan anak pertamanya.
Suatu saat dimana seharusnya Arcadia building tempat Bara siaran memancarkan suara nan merdu yang selalu dinanti para pendengar, heboh dengan permohonan izin Bara untuk tidak siaran karena harus menemani Karina melahirkan anaknya di rumah sakit. Penyiar lain bingung, Program director lebih bingung lagi. Karena menurutnya seorang Bara, irreplaceable. Bara pergi ke RS dan Program director menunjuk seseorang untuk menggantikan Bara dengan syarat : tidak menjalankan program Bara, melainkan memutar lagu dan mengabari pendengar tentang kondisi Bara.
Bara menemani Karina, istrinya yang sangat manis, dalam proses persalinannya. Anaknya akhirnya lahir. Perempuan , kembar. Persalinan selesai, Anaknya selamat dibawa menyusu ke ibunya dan Bara tetap menemani Karina sambil bercakap-cakap. Sayang tidak berapa lama setelahnya, Karina meregang nyawa. Ia terlalu lelah untuk satu proses persalinan besar ini. Namun ia berhasil menyelesaikan tugasnya sebagai ibu, memberikan ASI bagi anaknya, member nama bagi kedua putrinya , memastikan ayahnya menjaga kedua putri mereka.
Setelah semua terjadi, Bara mengundurkan diri dari dunia penyiaran Jakarta. Ia pindah kerumah Ibundanya tercinta di daerah Pekalongan dan membangun suatu radio dakwah disana. Bara memang punya kecerdasan di bidang ini, hanya beberapa saat Radionya pun sukses. Namun demikian, beberapa saat setalah anaknya masuk ke bangku sekolah, Bara dikirimi surat oleh Habib Husein. Radio di Yogyakarta yang dulu dibela oleh kakeknya untuk tetap mengudara butuh bantuannya. Dilemma mulai muncul, Bara harus meninggalkan anak-anaknya, ibunya, keluarganya ,teman-temannya dan Radionya. Untuk satu pilihan Dakwah yang lebih luas , Bara mengambil pilihan itu. Ia menjatuhkan pilihan. Mengorbankan sesuatu sementara untuk hasil yang lebih baik.
Dan demikianlah Bara, Masuk sebagai Program director Radio Suara Suhada dengan semua ganjalannya. Menghadapi orang-orang yang tidak koperatif, kondisi radio yang tergolong mengenaskan. Bara harus membangun radio ini dengan keluarga barunya yang satu per satu harus kembali padaNya. Tindakan anarkis, makian pendengar, kehilangan tokoh pendukung, fitnah, client yang mencoba bermaksiat pada Bara semua harus dihadapinya, untuk menghidupi Radio ini.
Bara memang sangat cerdas dan baik, jalannya membangun radio ini kembali ke masa jayanya melawan radio lain cukup mulus dengan beberapa bantuan orang-orang yang tentunya sangat menyayangi Bara. Keluarganya, teman-temannya, bahkan Aisyah. Dokter cantik yang saat ini praktik di Yogyakarta. Aisyah adalah dokter yang membantu persalinan Karina.
Respek, pendengar, rating, sponsor semuanya akhirnya didapat Bara. Radio Suara Suhada bisa hidup lagi, bangkit menuju level kejayaan yang sama. Semua berkat… Bara dan timnya dengan segala keminiman yang harus mereka jalankan selama mengoperasikan radio ini. Termasuk cinta keduanya, Aisyah.
Sayang, disaat semua kejayaan kembali datang pada Bara, ia memutuskan untuk… memusnahkan suaranya kecuali untuk keluarganya. Karena..?
Menarik gak? Kalau enggak salahnya di gue berarti bikin synopsis nan kacau :p
Nah, apa sih hebatnya novel ini? Diluar temanya yang agak tidak familiar buat diangkat ini, kemudian timbul alur penceritaan yang tidak terbaca akan dihentikan dimanakah cerita ini. Hebatnya lagi tiap-tiap part dalam alur novel ini terasa padat dan berisi tanpa harus mengisi dengan efek suara yang gak penting, percakapan yang tidak bermakna ataupun bahasa-bahasa slank yang membuat seorang penulis keliatan Gaol gilaaaa. Kenyataannya novel ini hadir dengan suatu penggunaan bahasa yang kurang fleksible dan lumayan kaku, namun pemakaian bahasa seperti ini justru menguatkan feel kesederhanaan dan kearifan dari tokohnya. Makna dan moral yang coba disampaikan penulis lewat novel ini sangat tersampaikan dengan segala kesederhanaan yang ada pada novel ini. Ini novel yang cukup padat isinya.
Penyiar harus gaul (dalam artian hampir seperti selebritis dengan kehidupan glamournya) terbantah disini.
Penyiar pekerjaan mudah terbantah disini.
Inti dari dunia penyiaran adalah tujuan radio lo, informasi atau hiburan. itu dia, bukan seberapa keren dan gaul atau ahlinya seorang penyiar. Buktinya : Bara.
Banyak yang harus lo tau sebelum bilang dunia penyiaran itu mudah untuk dimasuki, bukan pekerjaan yang penting dan menjanjikan. Coba baca naskah ini, kalo lo masih belom bisa nemuin peranan seorang penyiar dengan pekerjaannya yang hebat, dan lo gak tersentuh dengan naskah ini gue rasa lo miss a whole part di novel ini..
atau mungkin gak punya hati? *senyum iblis*
Sebenernya kalau dibaca bener-bener novel ini tuh intinya adalah bercerita tentang kekuatan seorang penyiar, terutama pada sumberdaya suaranya. Gue pernah punya kenalan (yah bisa dibilang teman versi gue entah versi mereka *menyedihkan*) seorang penyiar dan gue pernah juga ngerasain gimana power dari suara dan kharisma seorang penyiar. Pernah gak lo sebelumnya mendapati banyak orang menangis hanya karena seorang penyiar akan resign? Atau mungkin seorang pendengar yang rela mantengin penyiar kesayangannya sampai larut malam hanya demi untuk sepatah kata 'hai'? dan Pernah gak lo nemuin kekuatan seorang penyiar yang mampu jadi motivasi bagi seseorang untuk bisa menemukan langkahnya ke depan terlebih : tujuan hidupnya?
I've found it. Gue ada rekamannya yang bisa membuktikan itu, betapa berharganya seorang penyiar dimata pendengarnya. Dan betapa berharganya malam-malam waktu siaran seorang penyiar yang cuma 3 jam. *bingung gimana ngeshare-nya ya?* Gue pernah send attachment ini ke e-mail temen gue juga.
And to be concluded : Penyiar bukan pekerjaan gampangan, bukan pekerjaan yang tidak berarti. Kalau lo bisa membongkar dan bisa lebih dekat dengan kehidupan mereka, Lo tau, penyiar is a hero for his/her listeners.