Showing posts with label catatan malam. Show all posts
Showing posts with label catatan malam. Show all posts

Review Believe: Hoping for A Definite Chance Encounter For Langit Biru







"We've learnt from Romeo and Juliet, right?"

Siapa yang tidak akan belajar dari kisah roman sepanjang masa itu? Hanya orang bodoh mungkin yang tidak belajar dari karya Pujangga itu. Langit, pertanyaan itu tidak seharusnya kamu ujarkan kepada seseorang. Tapi mengapa, saya cukup puas ketika kalimat itu terlontar dari bibirmu untuk Biru-mu? Kamu pergi. Sekarang, Langit sudah tidak bersebelahan dengan Biru, Ada mendung turut berpesta dalam perpisahan itu. Yogyakarta dan Mesir bukan jarak yang dekat untuk bisa bertatap muka. tapi kamu Langit tidak memilih untuk tinggal dan tetap memberikan Biru bagi Yogyakarta.

Wahai Langit, kamu tahu apa yang saat ini Biru-mu lakukan disela peninggalanmu?

Mungkin ia tidak menangis. Ia sibuk. Sibuk dalam untaian kalimat indahnya, bertutur akan aroma musim panasnya, bertutur tentang aroma kehilangan. Ya, namanya Faris. Masa lalu memang, namun apa bisa waktu menghilangkan seseorang yang selalu menjadi buah bibir yang tiba-tiba membuat kisruh di sekolah dan mengajak Biru-mu untuk pulang bersama? Kamu cemburu? tidak perlu. Kamu bisa percaya akan Biru-Layla-mu. Ia menolaknya, dan meninggalkan aroma pahit di hatinya. Biru-mu tidak tahu, hari itu hari terakhir ia bisa berbicara dengan aroma musim panasnya, Faris. Biru-mu hanya mendapat pesan bahwa aroma musim panasnya itu sangat ingin bertemu dengannya lagi. Entah kapan.

Sementara kamu? Ya aku tahu Langit, kamu tidak perlu berkilah atau menyembunyikannya. Kamu sibuk dengan dongeng musim gugurmu tentang teman-temanmu di sana. Aku ingat saat kamu bertutur tentang nasihat temanmu.

"Pada saat kamu jatuh cinta, jatuh cintalah. Karena, mungkin setelah itu, kamu tidak akan jatuh cinta sedalam itu lagi. Karena mungkin itulah yang akan menjadi cinta hidupmu."

Karena... karena... masih banyak alasan lain untuk bertemu dengan cinta. aku mengerti, Langit.

"Untuk Cinta yang mungkin menjadi cinta hidupku, Biru..."

Amin. hanya itu yang terucap dariku. semoga termasuk dalam daftar 40-amin mu.

Terima kasih..... sudah berbincang denganku, Langit.



Salju belum turun di halaman, tetapi sudah ada sonata menari di daun telinga saya. Di Musim dingin ini saya bertemu Layla. Si Biru yang biasanya mendampingi langit. Saya menyapa, basa-basi, sampai kepada bagian dimana saya bertutur bahwa saya bertemu dengan Langit tidak lama sebelum saya berjumpa Biru.

"Aku ingin bercinta denganmu dengan penuh dendam, Langit."

Itu respon pertama Biru dari cerita saya. Ada kerinduan yang membara. Benang merah itu belum putus, masih mengikat mereka berdua. Saya tidak ingin memancing kerinduannya pada Langit. Saya sudah tahu persis rasa itu. Saya justru sibuk bercerita tentang Sang Penguasa Angkasa, penguasa bernama Morra Quatro yang mengendalikan Langit dalam Kepercayaannya. Dia Believe terhadap anak didiknya Langit yang Biru. Saya bercerita akan kisah Sang Penguasa, tentang kisah cintanya yang terpisah jarak seperti Langit dan Layla, tentang keindahan kalimatnya yang membentang angkasa, dan tentang kekuatan cintanya, tentang kisah cinta indahnya yang terurai dalam sebuah plot sederhana namun terbungkus dengan untaian mutiara kata yang indah. Cerita yang sungguh sempurna untuk menguras hati. Barangkali, dengan itu saya bisa memberikan suatu yang membuat Layla-Si Biru merasa believe akan Langitnya di sana

Langit.. yang mungkin sama, dan mungkin juga berbeda.

Saya dan Layla berbincang tidak ingat waktu. Salju sudah mencair, dunia sudah penuh dengan warna. angkasa bersemi di musim ini. Dan Saya baru menyadari akan perjalanan sang teman, Si Waktu, yang sudah berlari meninggalkan kami berdua. Saya membantu Layla dalam penantiannya menunggu Langit. Juga membakarnya kedalam rasa merindu yang semakin dalam.

"Langit... akan pulang pada Biru kan Pa?"

Hati saya miris, mendengar dan menyaksikan percakapan anak-dan-ayahnya itu. Saya datang untuk membantu Biru. Kenyataannya saya datang untuk membantu Biru, sekaligus menghancurkannya. Seperti mengobati, lalu menaburkan garam diatas luka Biru.

Saya ingin menjawab.

"Hanya Morra Sang Penguasa angkasa yang tahu akan takdirmu Biru. Hal yang sama juga berlaku untuk Langit. Tapi percayalah, kisahnya selalu indah. Untukmu dan Langit."

Tapi saya hanya menahan dalam hati. Saya tahu, apapun itu hanya akan menambah kerinduan Layla. Obatnya hanya satu: A Chance Encounter, with Langit. Saya mengurungkan niat. Berbalik kembali ke angkasa.

Sudah saatnya Saya berhenti mengganggu Langit Dan Biru. Saya sudah harus membiarkan aroma Jasmine dan Faris mengharumkan perjalanan mereka. Juga Rara,Rasya,Attar dan Rein. Saya tidak bisa membocorkan kodrat Sang penguasa Angkasa untuk menentukan takdir anak-anak didiknya. Saya mungkin bahkan sudah melangkah terlalu jauh untuk mencampuri kehidupan mereka. Saya bukan Sang Penguasa Angkasa. Dan Saya harus berhenti disini, kembali menyerahkan wewenang pada Morra Quatro Sang Penguasa Angkasa.

Namun, Saya hanya bisa meninggalkan sesuatu. semoga Layla dan Langit Believe kalau akan ada A chance encounter buat mereka. Saya tahu itu. Saya tahu kapan. Saya hanya tidak boleh membocorkan bagaimana. Satu hal yang boleh saya bocorkan Sang Penguasa Angkasa Morra Quatro, sangat pintar untuk membungkus perjalanan anak-anaknya dalam suatu keindahan akan hidup versinya. Saya harap, Biru.. dan Langit.. Believe akan hal itu, dan berdoa untuk itu.

Saya juga turut mengucap untuk daftar 40-Amin Kalian berdua, La,Lang. Sampai bertemu di kemudian hari. Saya mungkin tidak akan bertemu kalian lagi, sampai Sang Penguasa Angkasa , Morra Quatro, memberikan kesempatannya.

"Tidak. Cinta tidak mengenal Waktu. Walaupun Hanya Waktu yang tahu seberapa berharganya Cinta itu."

Best Wishes. You Two.

~Scheduler.




:Beberapa kutipan diambil dari Novel Believe Morra Quatro. Semoga gak kena SOPA-PIPA-ACTA dkk:
:Digiles truk gandeng:

Oneuldo............. In Fiction.

Mirror-Mirror on the wall,

It's me, do you remember?

This night I'd like to speak randomly. just thinking. have you ever dreams of something really impossible? I know you can't speak, just... listen.

I have a random thought. just like some people dreaming about how to turn into opposite sex of yours. it's so random. no, please don't think i'm a pervert. a guy always dreams to be a girl so that he can go to some-private-place-for-girl. I'm not like that for sure. it's just, when I'm a girl... I can have oppa.

by the way do you know oppa? it's how korean female address her lover or her older male who has a close relationship with them.

Now, I just can be an oppa, and even a connection between hyung-dongsaeng in this country is not like in seoul. the warmth is different.

just a random thought dear mirror.

My Lord Mirror, to be honest do you know why? or do you want to know why?

today... I got a chance to read a novel. it's Orizuka and Lia Indra Andriana's Works called Oppa and I. it's a light reading material. as light as the book itself.

I found it fun. Jae In- Jae Kwon. My mind goes all around to a sit-com named All My love with Jo Kwon and Ga In casted as a siblings. a male character with a cheerful type and female character who act bluntly. they also have similar name right? JaeIn-GaIn and JaeKwon-JoKwon. I'm smiling remembering how I watch Adams Couple in past.

page by page, as far as I reading, I always smiling. I'm imagining if I talk to Jae In, will she said "Neo Jugeosseo?" to me. it can be translated as "do you want to die?" I also want to tease SeungWonnie, " No, Jaein, joayo?" or just make JaeKwon angry "Ya! Ukkijima. JaeIn seungwon. kkeut."



I'm weird yes, i guess i am.

but do you know, mostly people afraid to kill and saying do you wanna die is just an excuse to the person he/she close with?

it shows any warmth.. for me. I know the world is going crazy day by day, but, who wants to kill his/her own twins siblings if she angry because he didn't contact her for five years? kill is just an excuse.

Family, friendship, brother-sister relationship,

High school love,

it's a time when you feel warmth growing inside in a life. it's a phase when you still find anything is fun... and you want to turn back time and paused there with your lover and friends.

i'm feeling it. a person who can deny time. "ukkijima". People will say that to me. yes! I know. I understand. I'm not at an age to dreaming about superpower. arayo. algenni.

do you know what's the best of Oppa and I?

Mirror. If I'm God, I surely will join Orizuka and Lia to make JaeIn and Jae Kwon separated again. Do you know how much i like to see those two showing affection by expressing anger to each other. I have million plots on how to separate them.. and I will happily be a God-that-replacing-them-in-a-situation-so-that-they-can-realize-their-love-towards-each-other.

Sequel or Prequel, I have plenty of ideas that surely can be executed well into this stories. it's because the story itself is fun. the story that can help the readers to imagining many things related to the story and build a light story about the character. a simple story with strong characters that make you curious to read while smiling.

Oppa and I surely a worth reading material. do you know how much I smile while i read this? A L-O-T.

Nevertheless, you know what mirror? I found something bothering too. an unfinished ending. I feel pity to JaeKwon for his ending. and a whole conflict is finished in a flash.

The korean writing sometimes bother me too, since the author usually used p instead of b (for example pangapseumnida) or k instead of g (for example keunyang). I' learning korean as 'P' is formed by double 'B' and 'K' formed by double 'G', even if it reads as 'p' or 'k' it still written in 'B' and 'G' except for the real 'k' and 'p' or when they write a name. a little bit different with i've been learned about so it's bothered me.

And I also find the situation where Sa Ra and Ha neur comes to JaeIn 's house. I found that usually a house or apartment in seoul locked by electronic device. especially if the Area is GangNam (it's like an elite area in Seoul), i wonder why JaeIn's house didn't has it. it stated that JaeIn Lazily open the door even without looking at who's coming from the door. it's like a not match culture from my standpoint...

a little bit loss but it's not bothering a whole story.

anyway I found this book fun, so I guess I need to talk about it to you dear mirror.

And I also need a place to share about my weird thoughts, while dreaming.

maybe, i can live like a drama like what been told in this novel.

maybe I can be a great oppa.

or maybe i'll have an oppa....in another Life?

or maybe I just have it. Oneuldo.... in fiction.

*closing the stories while listening to Beast's Fiction*

Comeback! Writing still be my something precious

Gue mau mulai ini dengan dua buah pertanyaan, yang entah akan berkembang menjadi pertanyaan yang takkan habis atau tidak. Pertanyaan pertama , apa sih definisi perbedaan? Kedua, apa yang salah dengan berbeda? Mungkin setiap kepala yang gue temuin bisa memberikan pendapat yang bisa jadi sama titik tekannya. Perbedaan mengetengahkan sesuatu yang tidak sama. Bisa dilihat dari sisi apapun itu. Entah gue suka dia enggak, gue seneng dia sedih, gue ngefans dia benci , gue doyan dia gak suka, gue jalan dia diem , gue serius dia bercanda, gue hitam dia putih dan lain sebagainya. Apakah salah menjadi beda? Setiap orang mungkin akan jawab tidak, tetapi ketika dihadapkan pada sebuah permasalahan kata-kata itu sering kali dijilat balik oleh sang pemilik kata-kata. Gue mungkin dengan mudah bertanya, menurut lo menjadi beda itu salah gak? Simply answered : enggak lah, kan Bhinneka tunggal ika , walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu. Siapkah dengan konsekuensi pertanyaan dan jawaban itu?

Bagaimana kalau anda dihadapkan pada suatu kondisi dimana ternyata anak anda berbeda? Beda dalam banyak hal. Berbeda keinginan dan keahlian dari orangtuanya seperti misalnya anak dokter yang memilih untuk menjadi politikus? Siapkah anda? Atau mungkin berbeda fisik dari anak-anak dalam artian (maaf) cacat secara fisik ? Atau mungkin kemungkinan lain dimana anak anda memiliki dunia yang berbeda? Penyuka sesama jenis mungkin, atau mungkin tidak mau bersosialisasi dengan saudaranya, tidak suka menabung, tidak suka belajar, atau berbeda dengan kriteria seseorang yang menjadi idaman anda? Siapkah?

Ketika gue mempertanyakan masalah perbedaan beberapa orang temen gue punya beberapa pendapat yang cukup menarik. Pertama temen gue bilang, kenapa perbedaan salah kalau memang semua di dunia gak ada yang sama? Ada setujunya ada enggaknya. Sorry to say buat gue hukum idempoten tuh berlaku . Sesuatu akan selalu sama dengan dirinya sendiri. Kalaupun itu berarti sesuatu yang literally sama, setiap sesuatu ada bedanya ada samanya, tergantung dimana kita menarik sudut pandangnya. Sebuah meja satu dan meja yang lain bisa dinggap sama jika ditilik dari benda apa itu. Surely jawabannya meja untuk semua meja jenis apapun, tapi kalau ditanya seperti apa itu, ya mungkin meja satu dan yang lain mungkin berbeda. Well, still have a question , gimana kalau ternyata anak lo entar 'berbeda' apakah lo masih mau tidak menyalahkan perbedaan dengan menerima dia?

Kedua, temen gue memulai dengan perbedaan itu memang menyakitkan, dan lebih sering menyakitkan. Tapi perbedaan itu gak salah. Disini gue cukup bertanya, kenapa menurut lo kalau ditabok itu salah? Karena ditabok itu menyakitkan bukan? Lantas alasan seperti apa yang bisa mengcounter bahwa perbedaan itu salah dengan sebuah reasoning seperti itu? Maaf, bukan bermaksud memojokkan pemikiran beberapa orang sahabat tetapi gue belum bisa mendapatkan sebuah kepuasan atas jawaban pertanyaan gue.

Salah satu penggalan lirik dari lagu yang dinyanyikan seorang Ari Lasso tercurah : Segala perbedaan itu, membuatmu jauh dariku. Sebegitu jahatnyakah si perbedaan itu? Menghancurkan banyaknya persatuan?

Enggak, perbedaan gak cuma jahat. Perbedaan juga sangat baik. Kita berteman karena memiliki suatu faktor yang berbeda. Jika memang suatu persahabatan didasarkan pada suatu persamaan mutlak, setiap manusia tentunya tidak akan betah punya teman. Seseorang akan merasa melihat dirinya sendiri terperangkap dalam tubuh orang lain. Setidaknya, fisik tidak akan sama, atau entah mungkin di jaman yang sudah gila ini banyak manusia yang hanya mau berteman dengan dirinya sendiri. Itupun menurut gue akan ada saatnya seseorang itu menciptakan satu sosok lain dirinya yang berbeda. Lebih jauh lagi, perbedaan juga membawa ke banyak jalan menuju suatu hubungan yang lebih dalam. Perbedaan mendatangkan sebuah cinta, mendatangkan suatu hubungan yang menghasilkan status 'in a relationship' bagi dua orang cucu Adam. Bahkan yang lebih dahsyat lagi perbedaan bisa melahirkan suatu yang namanya pernikahan. Seseorang pasti akan memiliki hubungan relationship dengan orang yang minimal bukan dirinya sendiri. Berbeda. Atau mungkin sekarang masih trend bikin status in relationship with dengan orang yang notabene kita sendiri? Pernikahan dengan seseorang yang sama? I beg for a big no.

Dunia penuh perbedaan. That's why gue mengangguk ketika temen gue bilang itu. Bahkan dalam cinta pun ada perbedaan. Gue inget temen gue yang amat sangat cerdas menurut gue ketika gue bertanya pertanyaan yang sama seperti pertanyaan sebelumnya, dengan pandangan hidupnya dia bilang

“ Gue setuju kok sama perbedaan. Mereka gak salah. “
“ Terus lo siap sama konsekuensi jawaban lo? Gimana kalau suatu saat anak dan suami lo 'berbeda'?” pertanyaan gue berlanjut.
“ Kalau gue udah berkomitmen untuk cinta, gue pasti siap untuk itu.”



Well , that's unquestionable answer for me.



“ Dan menurut gue, itu semua adalah masalah pandangan hidup aja, try to accepting atau menderita karenanya.”



Dan gue semakin berhenti untuk bertanya pada diri gue sendiri. Ternyata ada orang yang dengan pandangan hidupnya memilih untuk entah sesuatu yang namanya pasrah pada keadaan seburuk apapun itu dan mencoba mengambilnya sebagai salah satu yang memberi warna menyenangkan pada hidup ini. Sementara orang lain justru sibuk dengan mencela dan melakukan self denial terhadap apa yang buruk yang ada didepan mereka. Gue gak bilang gue pihak yang mana, gue sendiri pun sebenarnya masih dalam tahap pengembangan diri dimana menurut gue ada kalanya gue memiliki suatu konsistensi pandangan hidup yang berubah-ubah.

Back to the point, bicara kehidupan , perasaan , hubungan , bahkan cinta tetap akan melahirkan suatu perbedaan. Gue bukan pakar cinta, dan apalagi seorang yang memiliki suatu pengalaman cinta yang amat sangat banyak. Tetapi gue tahu apa rasanya jatuh cinta, gue tahu gimana rasanya menghadapi cinta yang datang entah dalam suatu kondisi yang memuaskan atau bahkan kegagalan. Gue tau gimana rasanya lo ditelpon sama temen lo sendiri hanya karena temen lo gak setuju lo pacaran dengan dia. Atau mungkin gimana rasanya lo punya hati yang tersimpan dalam beberapa rusuk orang lain, bahkan ketika sebuah cinta lahir dari suatu perbedaan usia , status, pendidikan , lokasi dan masih banyak lagi kasta perbedaannya. Gue cukup tau gimana rasanya itu semua. Dan sekali lagi, diantaranya pasti terselip sebuah rasa kesedihan, sebuah duka ataupun berita yang mungkin tidak mengenakkan hati. Penyebabnya? Tidak lain dan tidak bukan perbedaan itu sendiri.

Gue akan coba mengerucut ke permasalahan yang mungkin menurut gue jauh lebih simpel danatau rumit menurut gue. Simply said Love, atau dalam bahasa Indonesia disebutnya cinta.

Terlalu banyak wajah cinta yang hadir dalam sebuah perbedaan. Rasanya dua ratus lembar pun mungkin tak habis untuk menceritakannya. Wajah cinta yang terbentuk diantara dua insan manusia itu sendiri pun melahirkan suatu perbedaan satu sama lain. Baik wajah cinta yang mungkin lumrah dimata masyarakat sampai wajah cinta yang 'berbeda' dan mungkin beberapa bagian masyarakat saja yang bisa menerimanya. Lagi-lagi, wajah cinta hidup dalam sebuah perbedaan.

Kamu pernah melihat wajah cinta? Ada berapa banyak wajah cinta berbeda yang sudah kamu ungkap tabirnya? Bagaimana pendapat kamu? Wajah seperti apa yang kamu pilih? Apakah kamu memilih wajah cinta yang biasa-biasa saja untuk mengisi pelangi hidupmu? Apa justru kamu nekat memilih wajah cinta yang berbeda demi meramaikan bahtera hidupmu? Apakah sebuah perbedaan memberikan suatu keindahan warna bagimu? Mungkin saja iya , tapi sejalan dengan itu selalu ada sebuah probabilitas yang berbicara untuk kata tidak bahagia. Bisakah cinta melebur dengan perbedaan guna memberikan warna baru pada sebuah kehidupan yang kamu jalani? Apakah Perbedaan itu menjadi sesuatu yang lumrah dalam hidupmu?

Kembali ke poin awal, jadi siapa atau mungkin apa sih perbedaan itu? Dua sisi mata koin yang saling menyayat pemiliknya sampai akhirnya pasrah dalam gulungan perban atau justru membuangnya jauh-jauh? Tapi hidup kita tidak berjalan tanpa adanya perbedaan yang merangkak bersama detik yang berdenting. Masihkah kita bisa memilih? Apa pilihanmu?



Gue? Gak usah ditanya, secara pribadi, hidup gue adalah perbedaan. Gue memilih untuk menghadapi perbedaan itu semenjak gue masih terlalu muda untuk menjalaninya. Hanya karena gue memilih untuk menghadapinya dan menjadikan perbedaan sebagai kawan gue walaupun gak munafik sih, perbedaan masih sering jadi masalah juga buat gue. Gue selalu menganggap setiap orang berbeda. At least, gue punya sebuah pandangan bahwa gue adalah gue dan orang lain bukan gue, ketika gue memperlakukan diri gue dengan baik dan gue bisa menerima kebaikan itu, maka gue akan coba melakukan hal kebaikan itu juga untuk orang lain, ketika gue memperlakukan diri gue dengan buruk dan menganggap bahwa diri gue bisa menerimanya, gue akan berpikir bahwa kalau orang lain belum tentu bisa menerima. Bukan bermaksud gue-bisa-elo-enggak tetapi ada faktor dimana ketika lo menghadapi suatu keadaan gak semua orang cocok sama keadaan itu. Sama seperti pemikiran gue, kalau soal masalah penderitaan, kalo gue bisa menahan, gue berpikir supaya at least orang lain tau kalau itu menderita dan tidak perlu mengalaminya untuk tahu kalau penderitaan itu gak enak. Berbeda dengan kalian? So? It’s my opinion and I appreciate your own too, it’s a different again, isn’t it?



Intinya sih, gue masih belom tau akan jadi apa si perbedaan ini, apakah dia bisa dikategorikan selalu baik atau selalu jahat. Cuma, menurut gue, asal lo bisa menjadikan perbedaan itu sebagai sesuatu yang justru menopang kegiatan dan kehidupan lo, that’s what success are. IMHO



*lagi gabut malah nulis asal-asalan*

Forgiven - yang tak terlupakan ( I Adore You! Will )





Judul : Forgiven
Penulis : Morra Quatro
Harga : Rp36.000
ISBN : 979-780-432-1
Jumlah halaman : 266 halaman
Ukuran : 13 x 19 cm
Price: Rp36.000 (harga yang berlaku di Pulau Jawa)





Ketika seseorang terlalu cerdas, maka ia akan memiliki kelemahan secara sosial.
Kelemahan dimana ia hanya perduli pada dirinya sendiri dan beberapa orang disekitarnya yang mungkin ia sayangi. Benarkah itu , Will?

Hai, Will, kenalin Gue Arlan. Lo gak tau gue , karena kita gak pernah kenalan secara langsung apalagi bertemu.

gue , siapa?

gue cuma seorang mahasiswa yang mengagumi elo will, seorang Will yang layaknya seorang einstein muda dari Indonesia yang punya mimpi yang jelas dengan nuklir rancangan lo itu. gue cuma Seorang mahasiswa yang sangat mengagumi kecerdasan lo yang begitu mencintai Fisika disaat orang lain berfikir kumparan dan atom itu gak penting. gue cuma seorang mahasiswa yang hanya bisa melihat lo dalam tumpukan lembaran diarynya Karla. Diary yang lembaran depannya dulu kutemui berwarna merah dengan tulisan besar nama gugus bintang yang kalian kagumi bersama dahulu.

Champagne Supernova.

Sekarang, gue gatau, champagne supernova ada dimana selain di dalam benak gue.Tapi gue masih bisa nemuin lo will. Dibalik kertas tebal berwarna biru yg bergambar gugusan bintang berbentuk sepasang sayap malaikat. Seperti yang kau lakukan di langit untuk Karla malam itu.

Forgiven

Membaca diary Karla, gue merasa kalau you should be forgiven.

Mungkin sama seperti yang dirasakan Karla. Saat Ia bercerita bahwa will adalah seorang teman smanya. Saat ia bercerita bahwa Will selalu tampak lebih berharga dibanding Arfan sekalipun. Saat ia bercerita bahwa ia hanya ingin segala milik lo kembali pulih. Saat ia bercerita bahwa ia sangat butuh lo. Saat ia bercerita bahwa ia begitu melupakan kesakitannya setelah melihat lo di depan pintu apartemennya di Singapura. Saat ia bercerita bahwa ia begitu sakit saat dicampakkan seseorang hanya karena orang itu lo will. Saat ia bercerita kalau ia punya troy,malaikat kecilnya yang kukira...

Sudahlah,aku jadi kesal sendiri. aku iri will,padamu. Ya , hanyalah sebuah bentuk keirian atas sesuatu yang kau punya dan aku tidak. Seseorang yang begitu dalam menyayangi dirimu atas nama sebuah cinta walaupun ia belum menyadarinya.

Itu semua tergambar jelas Will. Saat karla sibuk memperbincangkan will begini will begitu sampai rasanya malam habis hanya membicarakanmu. Saat karla bisa menulis sebanyak 200-an halaman hanya menceritakanmu. Saat karla tidak bisa memikirkan seseorang selain dirimu. Saat karla bisa berbuat apa saja karenamu. Saat karla begitu hancur Hanya karenamu. Saat Karla berani mengumbar diarynya demi mengenangmu.

Semuanya cuma karenamu. Karena seorang Will.

Maaf,karena aku lancang berani membuka bab demi bab buku harian itu.

Karla banyak sekali menulis tentangmu.

Ia menulis pada satu bagian besar pertamanya tentang persahabatan kalian, tentang bagaimana kalian menjalankan rencana busuk atas nama persahabatan , tentang satu masa dimana diskorsnya Karla yang membuatnya tidak bisa bertemu dengan kalian walau sebenarnya hanya dirimu yg ingin ditemuinya, tentang seluruh masa sma dan kekagumannya padamu sepanjang masa itu. Karla menulis semua itu,Will, dengan semua keteguhan hatinya dengan keluguan dan kelugasannya, dan dengan keindahan bahasa yg dimilikinya. Semuanya begitu keluar saat dia bercerita tentang lo.

Dan ia menulis semuanya di bagian keduanya. Bagian dimana ia banyak sekali bercerita tentang kalian will. Tentang ia yang begitu kecewa meninggalkan Indonesia hanya karena hari terakhirnya tidak bisa berpamitan denganmu. Tentang impian reaktor nuklirmu yang akhirnya tercapai. Tentang ia yang begitu gembira menemukanmu di depan pintu apartmentnya sampai tentang suatu masa disaat bibirnya bertemu dengan bibirmu...

hmm..

suatu buku harian yang menarik sekaligus menyakitkan.

aku tidak pernah sebegitunya menikmati akan sesuatu hal, sampai ketika aku diberi buku harian itu. Melihat buku yang menurut rekomendasi seorang teman sangat menarik dibanding beberapa jilid lainnya, dan kemudian dua minggu setelahnya sepulangnya aku dari salah satu station radio swasta di Jakarta, aku mendapatkannya di Jl. Montong no 57. Sempat buku itu kusimpan, karena menurutku agak lancang membacanya tanpa izin penulisnya, namun akhirnya aku membawa buku harian itu kemanapun aku pergi, sambil mencoba mengumpulkan keberanian untuk membuka dan membacanya lembar demi lembar.

Saat itu, aku membukanya ketika kampusku masih teramat sepi dengan kondisi dimana kelas baru akan mulai satu jam lagi. Duduk di bangku yang disediakan di dekat sekretariat kampusku dan kemudian membuka lembar pertamanya. Beberapa lembar berlalu aku tidak bisa berhenti membacanya walau saat itu jam kelas akan segera dimulai, sampai akhirnya salah seorang sahabatku di kampus menginterupsi bacaanku.

untuk selanjutnya, aku tidak lepas dari buku itu.

Kelas selesai siang hari dan aku pulang dengan bis melewati jalanan daerah jakarta selatan dalam kondisi hujan. yang aku pikirkan saat itu adalah bagaimana melindungi buku ini dan kemudian melanjutkan membacanya walau harus mencuri waktu di dalam bis sekalipun. Dan itu kulakukan, bahkan disaat aku harus menunggu bis umum itu datang menjemputku.

Sepanjang jalan kubaca, sampai ketika harus turun rasanya tidak rela melepas buku itu walau hanya menundanya sejenak. sampai di rumah hal pertama yang kulakukan adalah : membuka pintu dan masuk menuju kamarku untuk melanjutkan membacanya. Hanya itu? tidak, selesai membacanya aku mengulang untuk kali kedua, menuliskan penilaian di form naskahku dan kemudian melanjutkan membaca jilid lain yang kudapatkan hingga selesai. Selepas itu, mengulang membacanya lagi. Dari 25 jilid yang kudapatkan, bahkan ada beberapa jilid yang tidak habis kubaca, namun khusus untuk jilid ini aku bahkan membacanya sampai tiga kali. puas? tidak tentunya.

Maaf kalau lancang, tapi saat itu Karla yang menamakan dirinya Morra Bandoputih dengan Champagne supernova itu begitu menyita pikiranku dengan keindahan bahasanya. Ya, semua itu isinya lo Will .

Dan dari situ gue mengagumi lo. Will seorang scientist muda dan ambisius yang sebenarnya merupakan cerminan pemuda Indonesia yang bahkan tidak tersentuh keberadaannya.

That's why, I adore you, Will.

Dan dimulai dari saat itu dimana, buku harian itu sudah tidak di tanganku lagi melainkan berserah pada seorang rekan, aku yakin bahwa dari seluruh jilid yang harus kubuka dengan seksama , ini yang terbaik. Benar kan, akhirnya pada satu pertemuan besar, aku dan kelima orang rekan begitu ambisius mengatakan ini sebagai salah satu yang terbaik yang harus naik cetak, walau hanya dua orang yang kemudian menyetujui pendapat kami. Betapa bahagianya aku akhirnya kami mendapat kabar bahwa tulisan Karla tentang semua kenangannya denganmu akhirnya bisa dinikmati oleh seluruh penikmat sastra di Indonesia.

Maaf sebelumnya kalau lancang , karena aku dan beberapa orang sahabat yang membuatnya seperti itu. Karena masyarakat Indonesia harus tau siapa elo Will, they should know and notice some one like you. Seseorang yang dengan segala keadaan yang ada pada dirinya selalu membuatku kagum sekaligus iri pada saat yang bersamaan.

Dan, ketika aku menemukanmu lagi Will, di salah satu kios buku yang ada didekatku, aku cuma bisa berkata : Will, dengan segala yang ada padamu, Indonesia seharusnya bangga punya kamu, mereka harus tahu kamu dan mereka harus berjalan di pihakmu untuk Indonesia. Karena kamu, sosok pemuda Indonesia seharusnya.

By the way, I still envy and adore you.

Salam-kenal

Arlan

Pengagum dan pembaca Forgiven (was Champagne Supernova)

#marmutmerahjambu err..

Berbicara soal musik, semua orang punya selera yang berbeda-beda. Bahkan kalau saudara sedarah pun. Gue dan kakak gue sama-sama suka musik, walau kita sama sekali menyukai genre yang sangat bertolak belakang. Sama seperti gue dan kakak gue, gue dan beberapa orang juga punya kesamaan dan perbedaan. Sama-sama suka membaca karyanya Raditya dika, tapi mungkin kita punya perbedaan pendapat tentang karya itu.

Ketika tahu Buku kelimanya raditya dika marmut merah jambu mengangkat suatu tema percintaan, mungkin beberapa orang berfikir bahwa buku ini akan jadi tidak menarik karena orang-orang seperti ini menyukai seorang raditya dika dari isi bukunya yang dianggap lucu. Atau orang tipe kedua dari kasta klasifikasi fans berat raditya dika menurut gue adalah orang yang mata hatinya tertutup karena untuk apapun yang raditya dika tulis pasti dianggap lucu dan keren bukunya. Typically orang yang ngefans sama orang-bukan karyanya.

Anyway gue masuk mana? Gak dimana-mana di dalam dua kasta itu.

Ketika buku ini dikabarkan keluar dengan cerita percintaan yang dianggap orang jauh lebih serius dibanding bukunya terdahulu, pikiran gue keinget sama salah satu postingan radith yang berjudul orang yang jatuh cinta diam-diam. Entah kenapa gue suka postingan itu, dan gue juga salah satu penggemar tulisannya orang yang satu ini kalo lagi bener. Well, ya, gue tadinya girang waktu ternyata si penulis satu ini mau ngeluarin buku yang berbeda dari kemaren-kemaren. Tadinya.. *ditendang

Reading this book, bikin gue cukupk mengernyitkan dahi. Is this him? beda banget sama yang biasanya ditulis dia, entah di blog ataupun buku-buku sebelumnya.

Membaca chapter pertama, judul chapter yang sama dengan yang pernah gue baca di blog, namun dengan isi yang berbeda. Entah kenapa, gue tetep suka dengan versi orang yang jatuh cinta diam-diam di versi ini. Bukan cerita komedi, yang ditulis dengan campuran unsur komedi dan ditutup dengan suatu pandangan atas cinta diam-diam itu sendiri. Ini salah satu part yang paling gue suka di buku ini.

Chapter dua , gue bisa bilang gue cuma suka banget paragraf terakhirnya. Selebihnya suka sih, cuma menurut gue entah apa, tapi ada yang kurang di chapter ini, rasanya agak flat cenderung drop unsur komedinya.

Masuk chapter 3, well this is it! *ala farah quinn chapter 3 ini adalah chapter yang membuat buku ini terlihat raditya dika seperti biasanya. Unsur fun dan lucu yang biasa dia bangun di buku-buku sebelumnya bisa ditemukan disini, cerita dia dan edgar yang seperti biasa penuh dengan celaan.

Chapter 4 dan 5, gue cukup membaca novel ini seperti layaknya novel dengan unsur percintaan yang biasanya banyak di toko buku. Dan di part inilah gue mulai merasa bosan dengan paragraf-paragraf terakhir penutup cerita di Marmut Merah Jambu.

Chapter 6-7-8 I do some laughing and hard thinking dan penuh kebosanan di part 7-8. mungkin chapter 7-8 buat gue cukup membosankan karena gue pernah baca ini di blognya, sesuatu yang menurut gue cukup..mengecewakan. *abis ini gue ditemukan dengan jidat bolong

Chapter 9 dan 10 adalah chapter yang berbeda secara tema , isi dan cara penulisan. But, menurut gue dua chapter ini adalah chapter yang paling the best di novel ini. Dua chapter yang penuh 'feel' untuk tiap temanya.

Chapter 11-12 gue idem sama chapter 4-5

dan chapter terakhir i'll go back to my opinion for 1st chapter.

Over-all gue punya beberapa pandangan mengenai pembaca buku ini when I see from the readers itself.
Pertama : orang yang emang udah ngefans gila sama raditya dika, sampe satu buku ini bakalan dibilang “bagus banget bang! Sukses! Aaaa gue mau minta tanda tangan lo dong! Mau foto bareng! Mau minta muka lo dong! *emang ada ya?”

kedua : Orang-orang yang : “ah kok serius banget sih” atau “ ah kurang lucu nih” atau “ah kok gak lucu sih, boring bacanya” orang-orang tipe ini adalah orang penggemar komedi dan pengen mati ketawa, makanya mereka selalu menunggu humor-humor yang memang mereka suka, dan kebetulan buku raditya dika sebelumnya dominan humornya.

Dan gue lagi-lagi bukan keduanya. Overall menurut gue, buku ini cukup bagus di mata gue, *walaupun ada beberapa hal yang bisa dihujat * gue suka beberapa pandangan-opini-dan curhatan di buku ini, walaupun itu gak lucu dan cenderung serius. Gue suka sketsanya dio disini *ganyambung dan gue harus jujur buku ke lima ini adalah buku yang gue cukup suka tapi bukan berarti paling suka. Biasanya gue membaca buku dari si penulis ini *apa susahnya si nulis namanya lan? Haha * gue merasa oke atau busuk-busuknya flat, dan disini gue merasakan ada beberapa yang merasa flat, oke sampai drop. Gue sedikit mengharap sih, dengan membaca tulisan raditya dika dengan tag lagi bener, dia bakalan membuat buku ini at least ada satu tulisan yang bener-bener terbaca lagi bener. In fact : no, agak kecewa sih walau cukup terbayar dengan beberapa cerita yang cukup seriusnya. Kalo bisa dibilang puas dengan buku ini, ya, gue puas dengan segala kematurity-an yang ada di buku ini, the way he serves his readers with all comedy and serious way. But melihat karyanya dia, gue merasa ini bukan sesuatu yang paling maksimal sekali yang pernah dia bikin. Gue yakin raditya dika bisa bikin suatu tulisan yang jauh lebih 'mapan' dari marmut merah jambu. I do believe.

Rate : 3/5.


hati-hati setelah membaca. Efek :