Postingan tanggapan Pencekalan

Pada dasarnya, Saya bukanlah seorang yang sempurna , bukan juga seorang magician , bukan juga seorang ahli agama. Tetapi kesenangan Saya terhadap hal-hal tertentu membuat Saya justru terkadang aneh. Berada di pihak A tapi bersebrangan opini dengan pihak tersebut.

Contohnya untuk hari ini.

Read this :
http://suaramerdeka.com/smcetak/index.php?Fuseaction=beritacetak.detailberitacetak&id_beritacetak=77102


Ini hanya opini yang semoga bisa mengingatkan dan membantu. No offense dan tidak berniat mencemari nama baik siapapun.

Saya bukan seorang magician dari golongan manapun (kecuali jika ada golongan magician yang suka menduga-duga jalannya sinetron yang kemudian benar) ataupun para petinggi dan anggota Majelis Ulama Indonesia se-Jawa dan Lampung. Saya hanya salah satu penganut agama yang sama dengan para anggota Majelis Ulama Indonesia se-Jawa dan Lampung dan juga sekaligus menjadi para penikmat acara magic milik RCTI tersebut.

Beberapa hari yang lalu melalui fan-group saya mendapatkan berita tersebut yang dikirimkan melalui message dalam salah satu situs jejaring sosial ternama. Dan setelah saya baca, saya menemukan sesuatu yang beberapa tahun belakangan sering sekali terjadi.

Pencekalan

Entah apa yang menjadi pemikiran mereka, jika kita tilik balik beberapa acara yang memiliki rating televisi tinggi atau digemari, selalu saja mendapat sebuah pencekalan yang terkadang kurang masuk dalam logika berfikir saya.

Mari kita melihat timeline kebelakang.
Seingat saya beberapa acara yang dicekal antara lain :

AFI milik stasiun tv swasta Indosiar. Mereka mencekal dengan alasan AFI adalah sebuah upaya penyebaran agama dalam hal ini kristenisasi hanya dari lambang akademi fantasi tersebut yang dianggap menyerupai salib (terlebih lagi dianggap mengganggu waktu maghrib umat islam karena diarinya saat itu ditayangkan pada pukul 6 sore). Saya tidak mengerti alasan dan duduk perkara ini sekalipun. Lambang dan maskot afi semenjak awal adalah sama, waktu penayangannya pun sama. Dan mengapa setelah acaranya sukses baru dicekal? Dan maskotnya pun tidak menyerupai salib karena itu hanyalah perlambang manusia pada animasi anak terdahulu dimana manusia dilambangkan dengan sebuah bulatan yang memiliki satu buah garis vertikal ke bawah dengan dua garis diagonal dibawah membentuk kaki dan satu garis horizontal ditengah sebagai tangan. Terlebih lagi, waktu penayangan televisi yang acap kali dipenuhi iklan menurut saya bukanlah waktu yang amat mengganggu kegiatan ibadah yang tidak memerlukan waktu yang lama.

Kedua Indonesian Idol, yang entah dapat kabar burung dari siapa berita pencekalan terjadi karena dianggap pemaksaan pada kaum wanita untuk berpakaian seronok. Lah ini lebih aneh lagi. Pakaian disiapkan sponsor sering kali digugat para kandidat karena kandidat merasa tidak nyaman karena terlalu terbuka atau apalah masalahnya. Ini terdengar aneh. Namun berita ini tidak terlalu muncul ke permukaan.

Ketiga dalam ingatan saya adalah supermama yang disebabkan karena dandanan pria menyerupai wanita, dan juga masalah menjual kisah duka yang berlebihan. Hal ini juga menyangku ke acara lain seperti acara-acara kontes menyanyi dangdut TPI. Yah untuk yang satu ini saya hanya setuju pada alasan yang kedua, menjual certa mereka memang terlalu berlebihan. Hal ini dikarenakan pada salah satu episodenya yang tidak sengaja men-tweak bagian seperti ini dan mendapat sambutan yang baik. Memang ini keterlaluan, tetapi lama kelamaan para penonton juga bisa menilai sendiri.

Dan terakhir, the master. Ya , saya memang menggilai acara ini, dan tetapi tidak berarti merubah pandangan obyektif saya terhadap penilaian dua pihak pada link diatas.

Pertama tayangan itu dianggap menyesatkan dan haram karena menampilkan atraksi di luar taraf kekuatan manusia biasa
Kedua acara ini diduga tayangan itu menggunakan bantuan makhluk halus

Ini yang saya tidak suka pada pemikiran para pemuka agama itu. Bahkan sampai mengharamkan acara dan penontonnya. To fast to conclude I think. Pertama untuk membantah alasan pertama menurut saya tak ada yang salah menjadi manusia yang diluar kemampuan manusia biasa. Toh memang itu yang dijual pada acara-acara televisi bukan? Jika yang dijual hanya orang-orang biasa bayangkan berapa banyak orang-orang yang mematikan acara televisi. Menganalogikan kekuatan yang dimiliki tokoh yang menjadi pemicu masalah, menurut saya seorang karateka yang bisa memecahkan berlapis-lapis batu juga diluar kemampuan manusia biasa. Tapi itu semua dilatih. Sama halnya seperti master Limbad, yang melakukan berbagai macam hal ekstrim. Beliau bisa karena terbiasa. Bahakan perlu latihan-latihan yang berbeda dari orang kebanyakan untuk bisa memanipulasi rasa sakit sebesar itu. Tapi, jika terbiasa mungkin saja bukan? Anda terbiasa berbicara selama satu jam penuh dengan rekan anda karena terbiasa bukan? Padahal ada orang-orang yang mungkin butuh air minum jika untuk mengobrol dengan rekannya dalam waktu setengah jam, ada juga yang lebih lama atau bahakan lebih cepat. Jika mungkin tidak percaya silahkan coba berlatih sendiri.

Membantah alasan kedua dimana mistik menjadi alasannya, saya juga tertawa pada awalnya. Betapa sempitnya pemikiran seseorang yang dianggap layak untuk memimpin agama. Mereka yang nampaknya terpengaruh oleh sesatnya pemikiran. Jikalau jin dan makhluk halus yang digunakan dalam acara ini, mengapa banyak kebocoran trik , kegagalan seperti yang dialami kandidat bernama Robert stevan dan Indera romero di episode eliminasi pertama season kedua , dan mengapa masih banyak orang-orang yang menjudge mereka payah, terbuka triknya, miss dengan beberapa kekurangan bahkan seringkali kelelahan setelah perform. Harusnya para makhluk halus itu bisa mengakomodir kekurangan itu semua, bukan? Rasanya aneh saja. Jika dengan bantuan makhluk halus, tetapi belum bisa maksimal, masih mendapat cercaan , bahkan sering kali dilarang melakukan suatu atraksi karena berbahaya.

Mungkin pengaruh lingkungan dan rumor yang beredar menutup mata beberapa orang. Bahakan orang tua saya sendiri awalnya pun berpikiran sama. Namun, setelah beberapa kali menelaah mereka tahu bahwa itu hanyalah trik. Rekan saya pun mengatakan bahwa anak kecil pun tahu itu hanya trik manipulasi.

Mungkin ada baiknya sebelum menjudge sesuatu,teliti lebih dalam, buka pandangan dan saksikan sendiri, bukan hanya mendengar rumor beredar yang hanya bisa berteriak "katanya". Semoga bisa membuka pandangan.

Sekali lagi ini hanya opini yang semoga bisa mengingatkan dan membantu. No offense dan tidak berniat mencemari nama baik siapapun. Percaya, setuju atau tidak dengan saya , itu hak anda. Semoga bisa berfikir lebih objektif.

ayo milih jurusan!

some high school story :

Di sekolah SMA gue waktu kelas satu pasti kita udah disuruh milih jurusan, membagi kelompok IPA atau IPS. Gue sebenernya juga bingung sih, gue suka sejarah benci ekonomi-sosiologi tapi gue juga suka fisika benci kimia-biologi. Jadi gue masuk mana ya? Soal nilai, gue ga ada masalah sih , gini-gini gue juga gak bego kali, dari SD rapot gue gak pernah merah buat pelajaran IPA atau IPS, kalo ulangan sih sering hahaha. Satu hal yang menjadi saran waktu itu dari guru BP gue adalah, perhatikan lulus nanti, apapun jurusan yang kamu pilih, liat juga masa kuliah nanti. Kamu pilih fakultas apa dan mau masuk dengan cara apa, pilih peluang atau harga. Itu yang gue inget. Sampai akhirnya gue diminta buat bikin 3 nama fakultas plus universitasnya buat jadi rujukan program yang gue pilih. Jujur, pas wawancara gue dibilangin gini nih.

Guru BP : “ wah, Arlan, ini dia nih yang Bapak tunggu-tunggu, ayo duduk-duduk”

Pikiran gue : “ Bapak gak mau merkosa saya disini kan, teman-teman saya di luar loh pak.”

Guru BP : “ Gimana, kamu udah milih program sama jurusan kamu?”

Gue : “ emm... gimana yah Pak?”

Guru BP : “ Kamu pasti IPA lah,kamu mau fakultas apa buat kuliah?”

Gue : “ (dengan enteng dan gobloknya gue jawab) tehnik pak!”

Guru BP : “ wah IPA pasti tuh, nilai kamu cukup koq, tinggal dipertahanin aja, kamu mau teknik apa?dimana?”

Gue : “ (tengsin asal nyebut) gatau pak hehehe, yang pasti saya pengen tehnik pak, dimananya , pastinya semua mau UI-ITB lah pak, negri pastinya.”

Gue pikir dia bakal nyemangatin gue dan ngasih gue anjuran tentang teknik apa yang gue pilih berdasarkan minat dan nilai gue yang bisa diliat di ability gue, gataunya dia beranjak dari tempat duduk dia , balik kebelakang dan kembali ke tempat duduknya dengan membawa BUKU TIGA BIJI dan TEBELNYA NAUJUBILE. Dia ngasih gue oleh-oleh tiga buah buku tebel-tebel buat dibaca dan milih teknik apa yang pengen gue ambil. Oh god! Dia minta laporan lagi, dengan minta gue menulis surat berisi tentang program apa yang gue pilih mengingat gue mau ambil fakultas apa dan dimana kalau kuliah nanti beserta ALASANnya dalam waktu TIGA HARI. Bagus. Cerdas istimewa.

Gue keluar bawa buku tebel itu ( Cuma satu, ogah gue bawa tiga-tiganya, gue liat-liat aja di dalem trus gue bilang gue bawa Cuma satu aja) dan langsung ditanyain temen gue “Diapain aja di dalem?” ya gue ceritain dan gue tunjukkin buku yang ada di tangan gue itu. Gue pulang dan diskusiin sama bokap-nyokap gue.
Setiap anak yang nanya ama bokap-nyokapnya kaya gue dijawab apa ya? Kasih tau dong? Bokap-nyokap malah ngejawab sinis ke gue, “ yang mau kuliah siapa,tanyanya ke siapa” gitu. Tapi gitu gue milih dijawab “ngapain ambil itu?”. Gue tetep gak ada bayangan mau ambil apa, gue bacalah buku itu. Gue mencari yang gak banyak kimia-biologi. Of course mipa kimia-biologi,teknik kimia,bioproses,geologi,geografi,geodesi dan kawan-kawan plus kedokteran gue tinggal. Karena basic abilitynya fakultas-fakultas itu biologi kimia (kecuali geodesi,geologi,geografi, yang ini alasan pribadi gue gak doyaaan). Hm.. satu persatu gue cek, gue baca, sampai akhirnya gue cek juga di buku sejenis buat program IPSnya (karena yang dikasih ke gue program ipa,mengingat gue bilang pengen ambil tehnik) gue cek-cek ga ada yang terlalu minat juga. Pengan ambil HI tapi gue bego banget dalam belajar bahasa-asing, sastra indonesia berat ah,gue suka gak ngerti makna-maknanya,ekonomi-akutansi gak mungkin secara gue benci ekonomi, komunikasi sama psikologi, pengen sih tapi gak dibolehin,jadi ya balik lagi ke buku program ipa. Akhirnya pilihan gue terjatuh pada:

1. FT Sipil Universitas Indonesia
2. FT Industri ITB
3. Informatika Binus

Gue tahu secara urutan pasti kebolak-balik mana yang harus dijadiin pilihan pertama kedua dan ketiga. Jujur gue gak mikirin fakultas plus unversitasnya. Gue Cuma pengen tiga fakultas itu dan tiga universitas itu, terus tinggal gue acak-acak dan gabungin deh. Hahaha,pilihan yang bodoh, gue masih belum kepikiran buat kuliah waktu itu, jadi masih jauh banget dari pilihan gue. Gue belum tahu gimana susahnya masuk UI-ITB gimana rasanya mati-matian belajar buat masuk teknik dan gimana gampangnya gue bisa lulus tes binus akhirnya (pas sehari sebelum tes gue sempet nervous gitu jadinya bukannya belajar malah ngedengerin musik mulu, gataunya tesnya lancar dan gue keterima, belajar juga kaga hahahaha).

Sebelum itu, kertas surat gue itu gue tunjukkin cuma sama beberapa orang. Jadi Cuma beberapa orang tau gue milih masuk IPA walau mayoritas udah nebak kearah situ. Naluri iseng gue muncul, setiap ada yang mau liat pilihan gue,gue gak pernah mau ngasih liat surat itu. Kalau ditanya gue jawab aja gue pilih IPS koq, gue mau ambil akuntansi. Dan suksesnya sekelas percaya (kecuali yang udah liat surat gue pastinya) wahahahaha.. yang gak gue sangka, gosip tuh cepet banget nyebarnya, gak lama setelah pada tahu gue milih IPS gue jadi sering disapa temen-temen kelas lain yang mengaku pasrah-masuk-IPS-aja karena gak kuat di IPA. Berasa jadi teman sejawat gue di IPS. Dan gue? Cuma ho oh aja mereka mau ngomong apa mulai dari minta bantuin tugas nanti (tugas aja belum udah minta bantuan) , bantu-bantu pas ulangan (nyontek maksudnya??) ulangan aja belum mas, belum apa-apa koq udah nyerah ya? Idup aja lo,hahaha...

Gue gak nyangka bakalan seheboh itu tadinya, ternyata gak Cuma temen-temen kelas lain yang sibuk nanyain keIPS-an gue (yang untungnya gak sampai ke kakak kelas) tiba-tiba guru ekonomi gue yang dulu sempet jadi wali kelas gue pas kelas dua smp jadi udah deket banget nanyain ke IPS-an gue. Gue gak enak banget kalo boongin dia juga. Terpaksa gue tidak memberikan harapan-harapan banget ke dia. Gue bilang aja –setelah mikir kata-kata yang tepat padahal gatau tepat atau enggak- “ sementara sih iya pak, tapi kayaknya masih mikirin lagi pak, soalnya masih banyak pertimbangan dan ketidakyakinan Pak.” Gue ngeliat wajah dia agak kecewa, gak sesumringah waktu dia nanyain serius gak gue mau masuk SMA gue yang gue jawab iya. Mungkin dia berharap banget. Tapi gue seneng dia malah ngasih gue motivasi untuk mikirin lebih dimana minat gue jangan malah terpaksa masuk karena sesuatu (bener-bener gak kaya guru kimia gue yang ngancem gue supaya masuk IPA dengan syarat nilainya).

Oiya,gue belum cerita soal ancaman itu yah? Jadi begini. Waktu angkatan gue heboh termasuk yang kena kehebohan itu adalah guru (???) kimia gue. Akibatnya masuk-masuk pelajaran, gue yang duduk di depan meja guru persis langsung diinterogasi. Nanyaiin kamu beneran mau masuk ips dan kenapa. Berhubung gue juga agak sensi sama dia,gue bilang aja,” iya bu, saya mau ambil akuntansi.” Dia malah memprovokasi gue. “kamu tahu gak, anak-anak ipa tuh bisa ngerebut jatahnya anak-anak IPS di bangku perguruan tinggi. Kalo kamu masuk IPA kamu pasti jauh lebih analitis daripada anak-anak IPS.” Dan dilanjutkan dengan kata-kata provokasi lain. Gue hampir aja ngomel ke dia. Gue gak setuju dengan pandangan dia yang ngerendahin banget anak IPS (karena dia dulu anak IPA juga). Gue patahin aja argumennya semua, eh dia bilang “ Kalau kamu mau masuk IPS ya udah, ntar ibu kasih kamu nilai 5 aja di rapot.” Sumpah sentimen abis, pengen gue tabok. Masa gue susah-susah belajar tiba-tiba dengan seenak jidat dia ngasih nilai gue merah. Siaaaal! Dia bilang kan nilai segitu gue masih bisa naik kelas dan sekaligus gak qualified masuk IPA, sekalian aja dia mau anterin gue ke IPS. Pengen benget gue tabok kalo gak inget gue masih murid di situ. Sampai akhirnya gue masuk IPA (emang beneran pengen sih karena setau gue ada kampus yang syarat psikologinya masih IPA, kan kalo IPS bisa dikejar belakangan). Kalo ditanya kenapa gue masuk IPA gue dengan sensinya akan bilang “ Kalo gak gara-gara diancem nilai merah gue juga ogah-ogahan sih masuk IPA” atau “ Kalo gak karena dia-yang-namanya-tak-boleh-disebut gue juga males kali.” Wahahaha sensi, dia juga sempat sensi ama gue, nyindir-nyindir “Katanya gak mau masuk IPA?” gue malah makin sinis,hahaha.

Oh iya, gue juga termasuk salah satu yang masuk IPA dengan lancar walau sebenarnya, kalo tinggi-tinggian nilai IPS gue jauh lebih tinggi. Banyak diantara beberapa orang teman gue yang agak disendatkan dengan keberadaan guru BP yang-sangat-baik-mau-minjemin-buku-tebel-buat-gue-tiga-biji yang ngeyel mau ngototin anak-anak biar gak masuk IPA walau kuotanya masih ada. Belakangan gue tahu kalo itu dijadiin objekan sama dia. Siapa yang mau ‘ngasih’ bakalan bisa dapat sertifikat janji boleh masuk IPA walau bersyarat. Walau udah didebatin kaya apa tau tuh guru tetep ngeyel, sampai akhirnya bala bantuan Pak kepala sekolah datang selamatlah semua, jadi bisa bareng-bareng lagi di kelas IPA. Sama-sama berkutat dengan rumus dan perhitungan bareng-bareng lagi. Sama-sama menggapai mimpi lagi. Jiaaahhh...

Kita nemuin ada printer tak-bertuan, ada yang dateng dengan duit dan selamat-anda-masuk-IPA dan banyak kejanggalan. Sementara temen gue yang dateng Cuma bawa diri dan segudang harapan dan keinginan masuk IPA berbekal nilai qualified walau pas-pasan ditolak masuk dengan alasan nilai IPSnya lebih bagus, daripada pas-pasan dan ntar malah nyusahin di kelas tiga,mending IPS aja. Gak terima, nyokap temen gue akhirnya dateng dan dapatlah kejadian ekstraordinary itu. Akhirnya sekarang tuh guru entah berantah dimana gak jelas, dari dulu gue emang gak terlalu respek sama nih guru BP (pertama ketemu pas SMP kelas satu,pas gue kelas dua dia pindah ke SMA gue). Sempet sensi gara-gara pas basket dia plin-plan abis dan seenaknya mengabaikan hasil tes gue, emang kalo dipikirin nyebelin benget sih tuh guru,Cuma gue malas mikirinnya, bikin sakit otak doang, mending gue mikirin yang lain, bisa lebih guna bukan? Siapa tahu bisa ngehasilin duit dan bisa jajan sendiri beli es mambo dipinggir jalan (jaman kapan yah?) atau malah bisa motek-motek es kiko sama orang minta bagian walau gak beli,haha.. keracunan coki-coki dah ntar. (loh)

dan endingnya, gak satupun dari 3 pilihan di map gue menjadi tempat kuliah gue sekarang :p

another mathematics story

hoahm, mbah surip sang legend , hari ini meninggal dunia. rest in peace mbah, pasti banyak orang yg akan merindukan mbah dengan segala karakter yg dimilikinya. top, cannot be replaced deh mbah. may god bless you.

dengan apa yg terjadi sama mbah surip , mbah yg sangat ceria dan baik hati gue teringat sebuah cerita dulu.

I Love Mathematics. Entah sejak kapan, pelajaran favorit gue dari dulu adalah Matematika. Speaking of Why, gue gak tahu, namanya juga orang lagi kasmaran.
Salah seorang yang menurut gue cukup berkesan dalam dunia perbendaharaan permatematikaan gue adalah seorang guru baru di kelas 11 (2 SMA). Baru diajar aja sih tepatnya hehe, dia juga yang jadi wali kelas gue waktu kelas sebelas IPA merangkap guru matematika eksklusif kelas 11 IPA namanya Pak Dani, biar singkat panggilnya Pak Dan (ada juga yang Mas Dan, ngikutin guru gue yang lain yang emang manggil Pak Dan dengan sebutan Mas Dan).

Dari cerita yang gue dapet dan gue pernah alamin sendiri, Pak Dan adalah orang yang sangat-amat-super-duper baik banget sekali. Kalau memang sampai Beliau marah berarti emang pas kitanya yang keterlaluan banget. Dari awal masuk gak pernah ada masalah, sampai setelah beberapa saat, Pak Kepsek ngomongin kalo kelas tuh akan diliat kerapihan,kebersihan dan segala macam unsurnya. Dan kalo gak ada yang disalahin wali kelasnya. Salah satu problem yang jadi sorotan di kelas gue adalah MADING atau Majalah Dinding. Dari awal gak ada yang resmi siapa aja yang ngisi mading. Cuma ada satu atau dua orang koordinator mading,dan mereka harus cari anggotanya sendiri.
Pertama kali, kita sekelas diperingatin baik-baik kalau mading harus diisi. Kita pun iya-iya aja, dan nyatanya emang diisi walau belum full. Masih kurang lebih 20-30% saja yang keisi. Diperingatin lagi sama pak Dan, madingnya disuruh dipenuhin. Kita iya lagi, dan nambah sedikit demi sedikit, namun pas sampai deadline masih gak penuh juga, Mas Dan udah kesel banget, dia bilang kalo sampe siang pelajaran dia gak diisi,dia bakalan ngehukum sekelas, anak-anak nganggepnya bercanda, tapi yang gue liat sih dia serius. Ya kita berusaha menuhin, Cuma berhubung ada pelajaran juga, jadi gak bisa menuhin secepat itu, bahan yang mau ditempel sih ada, Cuma belum sempat nempel aja. Mau gak mau kita semua dihukum sekelas dijemur di tengah lapangan, diomelin dan ditinggal. Guru-guru dan kakak kelas yang ngeliat heran gitu Mas Dan bisa marah. Yang nyebelinnya si guru kimia brengsek gue ikut-ikutan ngehukumin anak-anak, sial banget nih orang sok ikut campur aja. Semuanya berakhir ketika ketua kelas gue akhirnya berunding sama Pak Dan. Akhirnya kita semua dibebaskan dari hukuman dan mading puin diisi beneran.

Itu Cuma salah sekian dari kemarahan Mas Dan ke kita. Kayaknya emang kita murid paling sialan plus gatau diri deh. Kebukti beberapa kali Mas Dan marah di kelas. Gara-gara kita ribut, gara-gara kita gak merhatiin di kelas, gak bikin tugas, telat masuk, pokoknya kita kayanya bikin beliau jengkel mulu, padahal dia sabaaaaar banget ngadepin para makhluk bengal ini. Sampai mungkin kesabaran dia udah di tapal batas,kita jadi diomelin parah, ditinggal, dihukum, dibentak apapun lah, gue sih ngerasanya worth banget kita digituin, secara kita memang kurang ajar banget. Tapi gue baru bener-bener ngerasain dia marah banget pas kelas tiga dia diem aja dan keluar dari kelas tanpa ngasih tahu apa-apa. Walau bagaimanapun beliau marah ke kita, begitupun gue tau di sisi lain hatinya beliau sayang banget sama kita semua,kalo gak beliau gak akan marah banget kaya gitu. Dan begitu pun sebaliknya, kita semua sayang banget sama beliau, Gw jadi kangen diajarin lagi nih sama Beliau.
Akhir kelas dua berarti akhir pelajaran matematik sama dia dan akhir dia jadi wali kelas kita. Dia bikin seru pelajaran matematik dengan membuat cerdas cermat matematika, dia ngasih juga hadiah duit dari kas dan (dibela-belain) dari dia. Dasar anak pada mata duitan, segala cara di halalin buat dapet duit. Emang dasar orang curang di laknat oleh Allah memang, yang tadinya udah mau menang kebalap aja gitu. Kebenaran juga pasti menang, buktinya gue dan tim gue menang hahahaha, walau udah dicurangin, piss men.

As an ending, dia sempet cerita tentang banyak hal, mulai dari kisah alam semesta, nabi dan kita. Bagaimana kebesaran Allah di sudut pandang dia dan ngaitin dengan kehidupan dan dengan kita semua. Baru kali itu, anak-anak sekelas bener-bener nurut dan diem dengerin dia ngomong. Seru,mengharukan dan sedih juga, soalnya dia ngomong as if itu bener-bener the least yang bisa dia ajarin ke kita, gak di kelas dua, kelas tiga , seterusnya atau kapanpun. Like the story before he gone for long time period. Gue sempet berfikir kalau mungkin waktu itu adalah saat terakhir dia, biasanya orang baik selalu aja dapet tanda-tanda dan memberikan sesuatu sebagai perbekalan kepada mereka yang disayanginya. Dalam hati gue sedih-sesedih-sedihnya mikirin itu. Apakah benar atau tidak gue pun gak tahu. Sedih? Iya. Karena gue ngerasa dari sekian banyak murid-muridnya Mas Dan di sebelas IPA, gue adalah orang yang paling sering ngabisin waktu sama Mas Dan dengan segala bimbingannya. Dan Beliau adalah salah seorang motivator buat gue untuk stay in my achievement or get higher higher and higher.

Akhir kelas dua kita semua sekelas sepakat untuk menghadiahkan sesuatu ke beliau sebagai tanda sayang kita sama beliau yang sudah sangat berjasa banget buat kita. Dari sampah yang ga bisa apa-apa, sampai akhirnya terasah kaya sekarang.

Walau apa yang beliau omongin di kelas dua akhir gak kejadian beneran (dimana beliau bilang beliau gak tahu ada kesempatan gak buat kita ketemu lagi) kita sangat seneng banget beliau bisa ngajar kita lagi, ketemu lagi di kelas 12 IPA dan ngelakuin banyak hal (dan pastinya gue seneng banget apa yang jadi firasat gue salah) . Beliau sampai akhirnya juga bantuin gue buat ngedapetin kampus dengan semua yang diajarin dia, dia rela ngelakuin banyak hal, fotocopy seabrek, ngasih motivasi , semangat dan lain-lain buat kita, emang dasarnya kita-kita aja yang gak ngehargain, gue sih menganggap apa yang dilakuin Mas Dan adalah bukti kebaikannya dia buat kita, bahkan untuk dia yang sudah bukan menjadi wali kelas kita lagi, perhatiannya sama murid gak jauh beda seperti seolah kita masih di Wali Kelas-in sama dia, atau bahkan anak sendiri.

Gue juga banyak banget ngerasain gimana baiknya Mas Dan ke gue, kalau dipikir gue banyak banget ngabisin waktu sama dia dibanding anak angkatan gue yang lain. Gue sering beberapa kali ngobrol sama dia, dibimbing sama dia buat banyak hal (termasuk perlombaan), going to jogja bareng dan bahkan kalau yang belum tahu, Mas Dan sempet memperjuangkan untuk mengembalikan apa yang seharusnya menjadi milik gue dan temen gue buat hal yang terkait dengan moment Jogja. Gue bersyukur banget kalau memang akhirnya beliau harus mengakhiri karir mengajarnya di SMA gue at least setelah gue lulus, gue gak kebayang aja gimana gue bisa lulus SMA dan seleksi universitas kalau gak ada beliau. Di akhir kelulusan gue pun beliau (yang bukan wali kelas gue) sempet-sempetin nelpon gue untuk mempertanyakan kesiapan gue mengemban salah satu tugas buat wisuda yang bahkan wali kelas gue gak nelpon langsung ke gue sama sekali. Dan gak akan pernah ada yang bisa gue berikan ke beliau kecuali terima kasih banyak dan prestasi gue setelah lulus, walau menurut gue masih belum cukup banget.

Gue harus semangat nih kuliahnya! Untuk nunjukkin ke beliau kalau dia udah sukses mendidik gue sebagai salah satu anak didik yang bisa dia percaya. Karena percaya atau enggak , salah satu penyesalan terdalam gue ketika hasil UAN dibagiin adalah saat gue gak bisa memenuhi harapan Beliau untuk mendapatkan Nilai sempurna sesuai harapan beliau. Saya udah berusaha Pak, apapun hasilnya, bahkan saya selalu menghargai bapak dengan tidak menyianyiakan waktu yang sudah bapak curahkan untuk mengajari saya dan untuk motivasi percaya pada diri sendiri.
Entah kapan gue bisa ketemu beliau lagi, beberapa kali balik ke sekolah gue gak pernah ketemu beliau lagi, katanya ia jadi mengajar di dua sekolah makanya jarang keliatan. Semoga masih ada waktu buat gue membawa balik prestasi gue ke Beliau dan membuktikan bahwa Beliau berhasil ngajar gue.

Semoga sukses ya Pak untuk semuanya! I’ll pray for you.. Saya janji gak akan lupa apa yang sudah Bapak berikan untuk saya. Dan terima kasih untuk semuanya.