Perjalanan Mencari Sepotong Rindu - Mendamba by Aditia Yudis

“Ada mimpi yang tetap indah jika tetap jadi mimpi. Itu yang membuat kita terus berharap. Namun, ada pula kenyataan yang memang indah jika kita bisa menerimanya dengan ikhlas meski tidak pernah memimpikannya sekalipun.”


Ada persoalan yang belum tuntas antara kita. Bukan, bukan dendam. Hanya tanda Tanya besar mengapa kau meninggalkanku di saat aku membutuhkanmu. Aku marah, kesal dan kecewa. Namun, semua itu tertutupi hangat cinta yang masih menyala-nyala dalam hatiku….. (Reno)

Setiap malam aku berdoa, suatu saat bisa mendengar suaramu lagi. Aku mendongakkan kepala ke langit, berharap kau melihat rembulan yang sama denganku. Kemudian aku menutup mata, takut waktu membuatku keburu melupakan raut wajahmu. (Adrianna)

Sebut aku sentimental, tapi aku sungguh merindukanmu. Apa kau juga begitu? (Reno dan Adrianna)

Apa yang bakal kamu lakukan ketika kecelakaan menimpa orang yang kamu sayang saat kalian sedang bersama? Apalagi kalau ternyata orang yang kamu sayang berada dalam kondisi kritis. Mungkinkah kamu seperti Adrianna yang meninggalkan Reno dengan alasan studi dan karir di Perancis karena tidak tahan selalu disalahkan atas kondisi Reno yang kritis padahal harusnya mereka akan melangsungkan pernikahan kurang dari satu minggu lagi? *panjang bener kalimatnya*

***

Sepuluh tahun setelah memori itu, Adrianna sedang berada dalam perusahaan tempatnya menghabiskan kegiatannya sehari-hari. Perusahaan yang sangat bonafit yang tidak pernah diceritakan Adri kepada orang tuanya. Tangannya sedang menggenggam mobile phone yang tersambung dengan ibunya. Untuk kesekian kalinya ibunya mendesak Adri, untuk pulang dan bekeja sebagai PNS di daerahnya saja, dan kemudian menikah. Dan untuk kesekian kalinya, Adri mengiyakan tawaran itu tanpa ada tindak lanjutnya.

Sampai ia bertemu Indra, lelaki keenam yang datang padanya dan mengatakan bahwa ada yang merekomendasikan Adri kepadanya. Ibunya Adri. Perjodohan. Sesuatu yang sudah sangat terbaca Adri.

Sayang, untuk kali ini ia tak kuasa menolak ibunya lagi… karena ibunya membawa sebuah nama untuk melawan penolakan Adri kali ini. Reno.
Kali ini Adri tidak bisa mengelak. Ia harus mencari Reno, mencari jawaban untuk sepotong rindu yang entah apa Reno juga merasakan hal yang sama, mencari jawaban untuk hati Reno yang entah masih menyimpan Adri, atau orang lain.

Reno, atau Indra?

Naufal.

Dia tahu semua tentang Reno dan terutama tentang aku dan Reno.
Dia kunci semua masalah ini.

***

there you go! Sinopsis gabungan gue sama bukunya menarik gak? *slapped* Anyway, cerita sedikit tentang buku ini. Awalnya gue tertarik sama novel yang satu ini karena judulnya. Satu pemilihan kata yang tepat mengena, dan manis tentunya. Kebetulan disaat gue dapet pinjeman naskah ini dari publishernya (maaf ya ga modal :p) gue membaca dengan diiringi playlist : Daniel Beddingfield - if You're not the one sama Glee cast – Lucky. Jadi makin ngena dan bikin gue senyum-senyum sendiri sepanjang baca novel ini. Bahkan beberapa saat setelah halaman terakhir novel ini gue tutup. <--- padahal setres *Pasang tampang serius* Buat gue pribadi, gue lebih suka pada sebuah cerita yang standard dan dengan detail yang tidak berlebihan, tapi feelnya kena. Dibanding harus bikin cerita dengan ide macem-macem tapi pas selesai, nothing happened karena feelnya tidak berbekas (walau lebih bagus kalau ceritanya gak standard dan feelnya kena sih). Dan gue bisa dapetin feel ini di novel Mendamba.

Gue rasa *sotoy mode : on*, novel ini punya kenangan tersendiri bagi Adit, penulis novel ini, karena menurut gue, caranya bercerita itu flowy banget, membuat gue membaca seolah-olah gue tau gimana perasaan seorang adrianna . Adit juga membuat gue berada dalam maze plot ceritanya yang menuntut gue untuk terus berlari memecahkan berbagai jalan menuju ending cerita ini. That's what I called good feel mixed with powerfull plot. FYI gue menyelesaikan membaca novel ini 2 jam. Cukup cepet buat novel romance yang dibaca bukan karena dipecut mbak Resita atau mas Mahir *kabur*

And one more thing, Adit bisa memberikan bahasa yang menarik ketika ia menyampaikan perasaannya dalam tulisan ini. It was terrific. Di kelas, gue pernah dapet pembelajaran kalau menulis sesuatu gunakan kata yang berbeda-beda biar kesannya kita lebih pintar dan berbobot dalam menulis (bukan berarti copy-paste cari sinonim. INGET!) ← curhat anak fasilkom. And Adit got this point, diksinya banyak simple dan well-prepared yang amat sangat kena ke mata.

Seandainya gue belom dapet pinjeman, i'm sure, buku itu akan tetep ada di rumah gue. Dan gue tidak akan kecewa merogoh kantong buat buku ini, Mendamba. *masih senyum-senyum sendiri abis baca novel ini* Mungkin bisa menjadi alternatif bacaan tentang satu romansa dalam satu waktu yang membantu merefresh memori atau mengkin meraih kembali cerita masa lalu tentang seseorang yang sekarang menjadi “mantan pacar”

that's all for this novel. See yaa! *lanjut ngerjain tugas*





Price: Rp34.000 (harga yang berlaku di Pulau Jawa)
Judul : Mendamba
Penulis : Aditia Yudis
Harga : Rp34.000
ISBN : 979-780-423-2
Jumlah halaman : 184 halaman
Ukuran : 13 x 19 cm

0 comments: