Comeback! Writing still be my something precious

Gue mau mulai ini dengan dua buah pertanyaan, yang entah akan berkembang menjadi pertanyaan yang takkan habis atau tidak. Pertanyaan pertama , apa sih definisi perbedaan? Kedua, apa yang salah dengan berbeda? Mungkin setiap kepala yang gue temuin bisa memberikan pendapat yang bisa jadi sama titik tekannya. Perbedaan mengetengahkan sesuatu yang tidak sama. Bisa dilihat dari sisi apapun itu. Entah gue suka dia enggak, gue seneng dia sedih, gue ngefans dia benci , gue doyan dia gak suka, gue jalan dia diem , gue serius dia bercanda, gue hitam dia putih dan lain sebagainya. Apakah salah menjadi beda? Setiap orang mungkin akan jawab tidak, tetapi ketika dihadapkan pada sebuah permasalahan kata-kata itu sering kali dijilat balik oleh sang pemilik kata-kata. Gue mungkin dengan mudah bertanya, menurut lo menjadi beda itu salah gak? Simply answered : enggak lah, kan Bhinneka tunggal ika , walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu. Siapkah dengan konsekuensi pertanyaan dan jawaban itu?

Bagaimana kalau anda dihadapkan pada suatu kondisi dimana ternyata anak anda berbeda? Beda dalam banyak hal. Berbeda keinginan dan keahlian dari orangtuanya seperti misalnya anak dokter yang memilih untuk menjadi politikus? Siapkah anda? Atau mungkin berbeda fisik dari anak-anak dalam artian (maaf) cacat secara fisik ? Atau mungkin kemungkinan lain dimana anak anda memiliki dunia yang berbeda? Penyuka sesama jenis mungkin, atau mungkin tidak mau bersosialisasi dengan saudaranya, tidak suka menabung, tidak suka belajar, atau berbeda dengan kriteria seseorang yang menjadi idaman anda? Siapkah?

Ketika gue mempertanyakan masalah perbedaan beberapa orang temen gue punya beberapa pendapat yang cukup menarik. Pertama temen gue bilang, kenapa perbedaan salah kalau memang semua di dunia gak ada yang sama? Ada setujunya ada enggaknya. Sorry to say buat gue hukum idempoten tuh berlaku . Sesuatu akan selalu sama dengan dirinya sendiri. Kalaupun itu berarti sesuatu yang literally sama, setiap sesuatu ada bedanya ada samanya, tergantung dimana kita menarik sudut pandangnya. Sebuah meja satu dan meja yang lain bisa dinggap sama jika ditilik dari benda apa itu. Surely jawabannya meja untuk semua meja jenis apapun, tapi kalau ditanya seperti apa itu, ya mungkin meja satu dan yang lain mungkin berbeda. Well, still have a question , gimana kalau ternyata anak lo entar 'berbeda' apakah lo masih mau tidak menyalahkan perbedaan dengan menerima dia?

Kedua, temen gue memulai dengan perbedaan itu memang menyakitkan, dan lebih sering menyakitkan. Tapi perbedaan itu gak salah. Disini gue cukup bertanya, kenapa menurut lo kalau ditabok itu salah? Karena ditabok itu menyakitkan bukan? Lantas alasan seperti apa yang bisa mengcounter bahwa perbedaan itu salah dengan sebuah reasoning seperti itu? Maaf, bukan bermaksud memojokkan pemikiran beberapa orang sahabat tetapi gue belum bisa mendapatkan sebuah kepuasan atas jawaban pertanyaan gue.

Salah satu penggalan lirik dari lagu yang dinyanyikan seorang Ari Lasso tercurah : Segala perbedaan itu, membuatmu jauh dariku. Sebegitu jahatnyakah si perbedaan itu? Menghancurkan banyaknya persatuan?

Enggak, perbedaan gak cuma jahat. Perbedaan juga sangat baik. Kita berteman karena memiliki suatu faktor yang berbeda. Jika memang suatu persahabatan didasarkan pada suatu persamaan mutlak, setiap manusia tentunya tidak akan betah punya teman. Seseorang akan merasa melihat dirinya sendiri terperangkap dalam tubuh orang lain. Setidaknya, fisik tidak akan sama, atau entah mungkin di jaman yang sudah gila ini banyak manusia yang hanya mau berteman dengan dirinya sendiri. Itupun menurut gue akan ada saatnya seseorang itu menciptakan satu sosok lain dirinya yang berbeda. Lebih jauh lagi, perbedaan juga membawa ke banyak jalan menuju suatu hubungan yang lebih dalam. Perbedaan mendatangkan sebuah cinta, mendatangkan suatu hubungan yang menghasilkan status 'in a relationship' bagi dua orang cucu Adam. Bahkan yang lebih dahsyat lagi perbedaan bisa melahirkan suatu yang namanya pernikahan. Seseorang pasti akan memiliki hubungan relationship dengan orang yang minimal bukan dirinya sendiri. Berbeda. Atau mungkin sekarang masih trend bikin status in relationship with dengan orang yang notabene kita sendiri? Pernikahan dengan seseorang yang sama? I beg for a big no.

Dunia penuh perbedaan. That's why gue mengangguk ketika temen gue bilang itu. Bahkan dalam cinta pun ada perbedaan. Gue inget temen gue yang amat sangat cerdas menurut gue ketika gue bertanya pertanyaan yang sama seperti pertanyaan sebelumnya, dengan pandangan hidupnya dia bilang

“ Gue setuju kok sama perbedaan. Mereka gak salah. “
“ Terus lo siap sama konsekuensi jawaban lo? Gimana kalau suatu saat anak dan suami lo 'berbeda'?” pertanyaan gue berlanjut.
“ Kalau gue udah berkomitmen untuk cinta, gue pasti siap untuk itu.”



Well , that's unquestionable answer for me.



“ Dan menurut gue, itu semua adalah masalah pandangan hidup aja, try to accepting atau menderita karenanya.”



Dan gue semakin berhenti untuk bertanya pada diri gue sendiri. Ternyata ada orang yang dengan pandangan hidupnya memilih untuk entah sesuatu yang namanya pasrah pada keadaan seburuk apapun itu dan mencoba mengambilnya sebagai salah satu yang memberi warna menyenangkan pada hidup ini. Sementara orang lain justru sibuk dengan mencela dan melakukan self denial terhadap apa yang buruk yang ada didepan mereka. Gue gak bilang gue pihak yang mana, gue sendiri pun sebenarnya masih dalam tahap pengembangan diri dimana menurut gue ada kalanya gue memiliki suatu konsistensi pandangan hidup yang berubah-ubah.

Back to the point, bicara kehidupan , perasaan , hubungan , bahkan cinta tetap akan melahirkan suatu perbedaan. Gue bukan pakar cinta, dan apalagi seorang yang memiliki suatu pengalaman cinta yang amat sangat banyak. Tetapi gue tahu apa rasanya jatuh cinta, gue tahu gimana rasanya menghadapi cinta yang datang entah dalam suatu kondisi yang memuaskan atau bahkan kegagalan. Gue tau gimana rasanya lo ditelpon sama temen lo sendiri hanya karena temen lo gak setuju lo pacaran dengan dia. Atau mungkin gimana rasanya lo punya hati yang tersimpan dalam beberapa rusuk orang lain, bahkan ketika sebuah cinta lahir dari suatu perbedaan usia , status, pendidikan , lokasi dan masih banyak lagi kasta perbedaannya. Gue cukup tau gimana rasanya itu semua. Dan sekali lagi, diantaranya pasti terselip sebuah rasa kesedihan, sebuah duka ataupun berita yang mungkin tidak mengenakkan hati. Penyebabnya? Tidak lain dan tidak bukan perbedaan itu sendiri.

Gue akan coba mengerucut ke permasalahan yang mungkin menurut gue jauh lebih simpel danatau rumit menurut gue. Simply said Love, atau dalam bahasa Indonesia disebutnya cinta.

Terlalu banyak wajah cinta yang hadir dalam sebuah perbedaan. Rasanya dua ratus lembar pun mungkin tak habis untuk menceritakannya. Wajah cinta yang terbentuk diantara dua insan manusia itu sendiri pun melahirkan suatu perbedaan satu sama lain. Baik wajah cinta yang mungkin lumrah dimata masyarakat sampai wajah cinta yang 'berbeda' dan mungkin beberapa bagian masyarakat saja yang bisa menerimanya. Lagi-lagi, wajah cinta hidup dalam sebuah perbedaan.

Kamu pernah melihat wajah cinta? Ada berapa banyak wajah cinta berbeda yang sudah kamu ungkap tabirnya? Bagaimana pendapat kamu? Wajah seperti apa yang kamu pilih? Apakah kamu memilih wajah cinta yang biasa-biasa saja untuk mengisi pelangi hidupmu? Apa justru kamu nekat memilih wajah cinta yang berbeda demi meramaikan bahtera hidupmu? Apakah sebuah perbedaan memberikan suatu keindahan warna bagimu? Mungkin saja iya , tapi sejalan dengan itu selalu ada sebuah probabilitas yang berbicara untuk kata tidak bahagia. Bisakah cinta melebur dengan perbedaan guna memberikan warna baru pada sebuah kehidupan yang kamu jalani? Apakah Perbedaan itu menjadi sesuatu yang lumrah dalam hidupmu?

Kembali ke poin awal, jadi siapa atau mungkin apa sih perbedaan itu? Dua sisi mata koin yang saling menyayat pemiliknya sampai akhirnya pasrah dalam gulungan perban atau justru membuangnya jauh-jauh? Tapi hidup kita tidak berjalan tanpa adanya perbedaan yang merangkak bersama detik yang berdenting. Masihkah kita bisa memilih? Apa pilihanmu?



Gue? Gak usah ditanya, secara pribadi, hidup gue adalah perbedaan. Gue memilih untuk menghadapi perbedaan itu semenjak gue masih terlalu muda untuk menjalaninya. Hanya karena gue memilih untuk menghadapinya dan menjadikan perbedaan sebagai kawan gue walaupun gak munafik sih, perbedaan masih sering jadi masalah juga buat gue. Gue selalu menganggap setiap orang berbeda. At least, gue punya sebuah pandangan bahwa gue adalah gue dan orang lain bukan gue, ketika gue memperlakukan diri gue dengan baik dan gue bisa menerima kebaikan itu, maka gue akan coba melakukan hal kebaikan itu juga untuk orang lain, ketika gue memperlakukan diri gue dengan buruk dan menganggap bahwa diri gue bisa menerimanya, gue akan berpikir bahwa kalau orang lain belum tentu bisa menerima. Bukan bermaksud gue-bisa-elo-enggak tetapi ada faktor dimana ketika lo menghadapi suatu keadaan gak semua orang cocok sama keadaan itu. Sama seperti pemikiran gue, kalau soal masalah penderitaan, kalo gue bisa menahan, gue berpikir supaya at least orang lain tau kalau itu menderita dan tidak perlu mengalaminya untuk tahu kalau penderitaan itu gak enak. Berbeda dengan kalian? So? It’s my opinion and I appreciate your own too, it’s a different again, isn’t it?



Intinya sih, gue masih belom tau akan jadi apa si perbedaan ini, apakah dia bisa dikategorikan selalu baik atau selalu jahat. Cuma, menurut gue, asal lo bisa menjadikan perbedaan itu sebagai sesuatu yang justru menopang kegiatan dan kehidupan lo, that’s what success are. IMHO



*lagi gabut malah nulis asal-asalan*

0 comments: