Postingan pas lagi labil. PillowTalk - setiap Hati punya rahasia.

Setiap hati.. punya rahasia..


Kami, bersahabat sejak kecil. Tepatnya, kalau ada kata lain untuk menggambarkan sesuatu yang melampaui sahabat, maka kata itulah kami.


Berbagi cerita, berbagi rahasia.


Bahkan, tanpa disadari, kami pun membagi cinta.


Tapi, apakah kau tahu, rasanya saling mencintai namun bertahan untuk tidak saling memiliki?


Percayalah, ini lebih buruk dari sekedar patah hati. Ini bukan kisah cinta yang ingin kau alami.

oOo

Sumpah, gue speechless baca novel ini.


Buat gue sendiri, belajar dari salah satu pengalaman seseorang lewat penceritaan yang ia lakukan kepada gue, tema yang diangkat novel ini merupakan tema yang sangat nyebelin. Tema sahabat jadi cinta, tema sahabat jadi kakak-adik, tema sahabat yang saling suka dan memendam perasaan satu sama lain, tema sahabat yang sebenernya saling suka tapi memilih mengabaikan perasaan itu dan menjodohkan sahabatnya dengan seseorang. Bener-bener tema yang buat gue geleng-geleng, menghela nafas, sampai senyum-senyum sendiri ketika baca karya Christian Simamora yang satu ini. *jujur loh ini, gue sampe berenti baca pas lagi di suatu kelas mata kuliah gue yang membosankan karena gak mau dosen gue mengira kalau mahasiswanya ada yang lagi sakit jiwa*


Sebenernya simple benget sih ceritanya, hanya sebuah tulisan yang menceritakan tentang perjalanan hidup Emi dan Jo. Suatu tahapan dalam perjalanan untuk dua orang yang sudah terikat dalam satu jalinan persahabatan semenjak lama, sedemikian lama, sehingga mereka berdua sudah harus sadar akan salah satu bagian kehidupan yang namanya Cinta. Emi punya Dimas dan Jo punya Trina. Bukan masalah besar toh seharusnya?


Memang bukan masalah besar. Apalagi kalau ternyata dibalik kehidupan percintaan mereka yang berjalan normal tersebut Emi menyukai bahkan lebih intens mencintai Jo dengan caranya. Begitu pula Jo terhadap Emi. Dan keduanya memiliki suatu kesepakatan pemikiran yang tercipta tanpa melalui diskusi informal sekalipun untuk tetap menjaga perasaan itu hanya untuk dinikmati sendiri.


Ya dinikmati sendiri. Bahkan Emi tidak berfikir untuk menshare perasaannya kepada Jo. So does jo to Emi.


Err.. Hubungan mereka pun berjalan pada tahap yang cukup normal sebenarnya (kalau memang kategori normal memuat saat dimana lo bisa horny melihat sahabat lo sendiri, dan lo gak bisa tahan emosi saat ngegepin temen lo make out sama pacarnya sendiri) sampai ketika keduanya mengalami status percintaan yang sedang tidak isi. Keduanya putus untuk alasan yang sama. Emi putus dari Dimas sang lelaki mapan yang menurut Jo lebih pantas ia panggil Bapak- karena perasaannya terhadap Jo (dan beberapa alasan lain sih) sementara Jo putus dari Trina karena ia.. lebih memilih Emi.


Ini kasus yang sudah kesejuta kalinya mungkin dalam hidup mereka. Putus, Karena pasangan mereka tidak bisa menerima bahwa mereka lebih peduli pada sahabat kecilnya itu dibanding pasangan mereka sendiri.


Dan keadaan ini membawa mereka dalam tahapan kakak-adik yang lebih intens. Tahapan dima sebenernya lo pengen ada status lebih dari seseorang tapi lo gak bisa mendapatkan itu. Maka alternative lainnya ya status kakak adik ini *sigh*


Banyak sekali kegiatan dari emi dan Jo yang akhirnya membawa mereka pada tahapan bahwa Gue-tau-lo-care-sama-gue-tapi-gak-usah-berlebihan-dong. Yang sebenernya merupakan perwujudan perasaan mereka yang gak kesampaian itu. Wajar gak sih kalau seorang sahabat melarang sahabat wanitanya untuk tidak dekat-dekat dengan bosnya tanpa alasan yang jelas?


And that was what Jo did to Emi.
Gak cukup sampe disitu, klimaksnya adalah saat Jo dan Emi dengan segala kegundahan atas perasaan masing-masing, berlibur bersama ke Bali dengan tiket gratis yang didapat Jo melalui kantornya. Enggak mereka gak berdua aja, ada temen-temen kantor Jo, bahkan bos Jo, yang ikutan dalam acara ini. Tapi karena Jo mengajak Emi sebagai bagian dari keluarganya, mau atau tidak mereka berdua harus sharing a room without sharing a bed.


Mudah? Tentu saja mudah kalau bersama sahabat sendiri, apalagi kalau lo punya perasaan sama sahabat lo sendiri. Mudah sekali rasanya harus bisa menjaga emosi lo saat sahabat lo secara tidak sengaja memperlihatkan anggota tubuhnya yang nyaris telanjang kepada lo. Berkah mungkin, tapi disaat lo harus menahan semua perasaan lo, apa ini masih bisa dibilang berkah?


Waktu berjalan, dan gak bisa dipungkiri, Jo menyesal mengajak Emi ke Bali. Karena saat mereka di Bali adalah saat-saat yang benar-benar sulit menjaga perasaan mereka masing-masing. Suka duka gembira marahan cemburu-cemburu kecil terjadi. Bahkan. persetubuhan pun tak bisa dielakkan, pengakuan pun terucap atas perasaan masing-masing.


Sayang, menurut Emi hanya What happens in Bali, stays in Bali


Nyesek gak sih? Gimana kalau lo jadi Jo?


Tetap berjuang pastinya, tetap untuk mengejar perasaan Emi yang entah mengapa teteap tidak bisa menerima kelelakian Jo untuk bisa menjadi pendampingnya.


Dan masih ada beberapa bab lagi yang bisa lo baca sendiri :p *nyebelin*


*dan gue lancer banget ngetik sinopsisnya* *efek curhat nampaknya * *maap malah jadi curcol*


Anywaaaaay *berusaha mengalihkan topic curcol* Akhirnyaaa, gue bisa menemukan novel dengan cerita kakak-adik yang jauh-jauh-jauh-jauh-jauh-jauh lebih mapan daripada naskah yang pernah gue baca saat ini. Somehow buat gue topic kakak-adik ketemu gede merupakan topic yang sebenernya bisa menyilet hati beberapa orang karena emang gak sedikit yang pernah berada pada fase ini *malah buka kartu* dan IMHO, so far gue menganggap tema kakak-adik ketemu gede ini adalah tema yang sangat-sangat-sangat abege sekali, karena biasanya penulis memanfaatkan status seperti ini untuk sahabat yang mencintai sahabatnya namun gak kesampaian sehingga menganggap si cewek seperti adiknya dan itu terjadi di masa-masa yang rasanya masih labil tingkat dewa.


Dan hari ini, mulai detik ini, pemahaman gue berubah. Pillow talk menyangkal semua pemikiran gue diatas dengan menyajikan kisah kakak-adik-ketemu-gede-versi-dewasa-dan-mapan-dengan-feel-yang-sangat-menohok.


For Gods sake, I hate this novel a lot.


Gue benci ketika kak Ino dengan bahagianya mengangkat topic yang sangat menyilet gue *back to curcol*. Topik yang sebenernya simple, sederhana, tapi bisa diangkat seolah-olah sangat kaya akan sesuatu.
Gue benci banget ketika kak Ino berhasil dengan labirin alur-nya. Berhasil menciptakan suatu perjalanan yang cukup amat sangat naik sampai klimaks dan kemudian jatoh kebawah secukupnya.Plus isian part-part cerita yang sangat berhasil.
Gue benci novel ini bisa diproduksi pake bahasa yang sangat kaya, lugas,asik dan menarik walaupun agak sedikit terganggu dengan smiley dan beberapa slank bahasanya.
Dan Gue benci novel ini karena feelnya nendang banget. Benci sebenci-bencinya gue sama novel.


*bukannya malah bagus lan?* *angkat alis* *o_O*


Ya sih.. *pasrah melawan intelegensi. Labilitas minggir lo* tapi kok rasanya gue kenal banget ya gimana rasanya berada dalam posisi Emi atau Jo? *err Gigit bibir bagian bawah*


Pada Intinya. Jangan baca buku ini kalau kamu lagi mau jaga image di depan seseorang. Peringatan, kecanduan cerita ini bisa menimbulkan efek samping berupa senyam-senyum sendiri gak jelas, ketawa ngakak sendirian , ber hadeeeeh ria, sampai kepada megang jidat sendiri saking merasa tertohok.

*brb tertohok di pojokan*



Pillow Talk
Price: Rp47.500 (harga yang berlaku di Pulau Jawa)
Judul : Pillow Talk
Penulis : Christian Simamora
Harga : Rp47.500
ISBN : 979-780-393-7
Jumlah halaman : 462 halaman
Ukuran : 13 x 19 cm

0 comments: