Sekian lamaaa.. akuu menungguuu... untuk kedatanganmuu.. (jiah malah dangdutan)
After long time waiting, bahkan gue sampe bela-belain kagak mau baca novelnya dulu biar filmnya lebih menggigit (rrrrr..), akhirnya gue berhasil dengan damai sentausa menonton film yang [katanya] banyak dapet tepuk tangan , sampai jadi this week film banget yaitu : Ketika Cinta Bertasbih.
Sebelumnya (walau gak nyambung) di bioskop sialan itu dikasih trailer film Whisper,tarix jabrix2, and so fak ap Iklanny bnyk bgt. (tapi whisper kayanya seru deh)
So here goes the review :
Awal pertama dimulai filmnya jujur, i really-really dislike this part, penataan kamera untuk shoot lokasi mesir awal blur dan sangat tidak enak disantap sama mata gue. Part introduksinya juga menurut gue kurang pas, bisa dibilang part penting < part tidak penting. Komposisi semacam ini yang ngebuat semuanya jadi gak penting daaaan bikin mulut nguap serta mata rileks se rileks-rileksnya sampe tidur. Gue pun merasa, openingnya makan waktu banyak banget. Terlalu banyak, sampai menguras emosi untuk nyaksiin lanjutannya dengan hati senang, riang hari yang kunantikan.... (gak penting).
Satu lagi yang menarik telinga gue adalah scoring. I know kalau scoringnya kerjaan melly goeslaw lagi.. sama aja kaya heart , ataupun love is cinta, dan gue ngerasa di film KCB ini juga gak banyak berbeda jauh sama heart. Seia sekata setipe sejenis semassa jenis searah dan setali tiga uang tipenya. Walau gue masih suka soundtracknya sih hahahahaha... Cuma sounds per sounds remind me something in other films aja..
Part-part awal waktu si tokoh utama ketemu temennya (azzam ketemu Furqon maksudnya) well, editan backgroundnya sangaat sangaat terasa kasar. Kegedean koefisien gesek kinetisnya :p . kentara banget setting palsunya. Dimana naturalnya adegan ini , dimanaaaa? Dan for some scenes, gue ngerasa akting pemain-pemainnya termasuk si pemeran utama cowok masih berantakan,lebay ala sinetron. Gue tau sih mereka pemain baru, tapi masuk dunia profesional kan gak ngenal kata lama-atau baru, tapi talk about quality. And for me , their quality almost below standard, apalagi untuk momen penting, masih artis lebay sinetron banget , not film banget lah. Yang mending si pemeran utama cewek, cukup menahan kelebayannya. Bahkan sekelas alice norin aja menurut gue aktingnya masih sinetron –dan bukan film- banget.
Di sisi script gue ngerasa some dialog terasa murahan karena kata-katanya, mungkin diksi dan penempatan struktural kalimat “amburadul”nya terlalu amburadul sampai-sampai terasa sangat murahan. Efek bahasa non formalnya gak dapet , tapi malah jadi bumerang yang ngehancurin ceritanya. Selain itu masalah alurnya yang naik turun konflik selesai ke konflik selesai konflik lagi... selsai lagi... konflik lagi... (kuburan mode : on), kayanya gak asik deh menurut gue , berantakan abis (tapi ya menurut gue taste orang sih). Dan lagi konfliknya terasa cinta ala Ayat-ayat cinta banget.
Selain masalah scoring yang reminds me something, penokohannya juga gue rasa terlalu banyak karakter yang “someone” banget dipake lagi. Someonenya itu gak ilang di karakter baru, jadi kesannya tumpang tindih film aja , misalnya : karakter brengseknya si om-om yang di badai pasti berlalu siapa sih tuh namanya? Yang di KCB dia jadi temen bokapnya alice norin aja, trus meidiana hutomo dan bu lek di cinta fitri , deddy mizwar sama kyainya PPT. Sayang aja menurut gue, tokoh yang dibangun jadi ketutup. Sama-sama sinemart sih, tapi sayang ajaa...
Yang menjadi poin yang gue suka itu adalah kesusastraan di dalam film ini, bahasanya indah banget, alunannya , poin-poin intrinsik sastranya , jempol banget. Gue tidak sibuk maen HP di scene berbahasa sastra,sayangnya ketutup sama iklan ngepet ala promo yang biasa di reality show yang dibuat-buat banget, gue langsung ilfeel. Termasuk dengan masalah –to be continued-nya. Taste gue sih , gue prefer nonton selama 5 jam langsung daripada pake to be continued segala selama lo gak punya system save-load kaya game. But, back again to your taste.
Kesimpulan dari gue sih, ini masih belom layak dibikin film, soalnya kayanya klimaksnya ada di KCB 2 sementara di KCB 1 masih prolog aja, belom klimaks. Ibarat trailer sama film lah, trailer Cuma pembuat tertarik dari filmnya kan, so do this film, gue lebih tertarik langsung nonton KCB 2 aja kalo gini.
last, for me KCB just 1,5 of 5 or 3,5 of 10 (boring) and I really can’t understand kenapa banyak orang ngantri buat film ini.
*believe or not, just relax and stay cool :p
trailer filmnya ada di sini
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment